INIHANTU - BENDA PUSAKA YANG ADA DIKERATON YOGYAKARTA

BENDA PUSAKA YANG ADA DIKERATON YOGYAKARTA

INIHANTU | BENDA PUSAKA YANG ADA DIKERATON YOGYAKARTA |  Di Kraton Yogyakarta diketahui ada banyak tombak yang bentuk mata tombaknya bervariasi. Ada yang bercabang tiga, ada pula yang seperti kudi, ada yang seperti cakra, dan ada pula yang berbentuk konvensional. Diantara tombak-tombak pusaka kagungan dalem yang dipandang istimewa adalah Kangjeng Kyai Ageng Plered. Tombak tersebut sudah ada di lingkungan kraton Mataram-Islam sejak pemerintahan Panembahan Senopati.

Ampilan

Istilah ini dipakai untuk menyebut benda-benda yang dibawa mengiringi sultan pada upacara-upacara kerajaan. Ampilan yang sebagai kesatuan disebut Kangjeng Ampilan Dalem ini terdiri atas : dhampar kencana (tahta), anak panah dengan busurnya, pedang dengan perisainya, lar badhak (semacam kipas besar dari bulu merak), Al Qur’an, sajadah, payung kebesaran dan tobak. Untuk upacara kerajaan kangjeng Kyai Ampilan dibawa oleh enam abdi dalem wanita yang sudah tidak lagi mendapat haid.

Regalia

Istilah ini dipakai untuk menyebut benda-benda pusaka yang melambangkan sifat-sifat yang harus dimiliki sultan dalam memimpin negara dan rakyatnya. Sebagai suatu kesatuan regalia ini disebut Kangjeng Kyai Upacara yang terdiri atas : 

  1. banyak (angsa) melambangkan kejujuran dan kewaspadaan, 
  2. dhalang (kijang) melambangkan kecerdasan dan ketangkasan,
  3. sawung (ayam jantan) melambangkan kejantanan dan tanggung jawab, 
  4. galing (merak) melambangkan keagungan dan keindahan,
  5. hardawalika (naga) melambangkan kekuatan, 
  6. kutuk (kotak uang) melambangkan kedermawanan, 
  7. kacu mas (kotak tempat sapu tangan) melambangkan kemurnian,
  8. kandhil (lampu minyak) melambangkan pencerahan,
  9. cepuri (tempat sirih pinang),
  10. wadhah ses (tempat rokok), kecohan (tempat ludah). 

Tiga benda terakhir tersebut melambangkan proses pengambilan keputusan. Kangjeng Kyai Upacara yang dibuat dari emas ini bila dipakai untuk mengiringi sultan dalam upacara kerajaan dibawa oleh 10 orang perawan.

Panji-Panji

Kraton Yogyakarta memiliki pusaka berujud panji-panji disebut Kangjeng Kyai Tunggul Wulung, karena warnanya wulung, yaitu biru tua. Disebutkan kain untuk panji-panji ini adalah potongan dari kiswah Ka’bah. Di bagian tengah terdapat tulisan Arab berisi kutipan Surah Al Kautsar, Asma’ul Husna, dan Syahadat. Dahulu bila terjadi wabah penyakit, maka Kangjeng Kyai Tunggul Wulung dikeluarkan dari kraton dan dibawa dalam suatu prosesi berkeliling kota diiringi doa, serta di perempatan-perempatan tertentu diserukan adzan. Maksudnya adalah memohon kesembuhan bagi seluruh rakyat yang terkena wabah tersebut.

Gamelan

Ada 18 perangkat gamelan pusaka di kraton Yogyakarta, dengan demikian setiap perangkat meiliki sebutan kehormatan. Diantara perangkat-perangkat gamelan itu ada tiga yang umurnya paling tua, yaitu : Kangjeng Kyai Gunturlaut, Kangjeng Kyai Maesaganggang, dan Kangjeng Kyai Kyai Gunturmadu. Menurut tradisi Kangjeng Kyai Gunturlaut berasal dari kraton Majapahit yang diwariskan secara turun-temurun melalui kesultanan Demak, Pajang, Mataram Islam dan akhirnya ke Yogyakarta. Adapun Kangjeng Kyai Gunturmadu adalah satu dari dua perangkat gamelan sekati. Satu perangkat lainnya, yaitu Kangjeng Kyai Nagawilaga dibuat pada masa pemerintahan Sultan Hamengku Buwana I. Gamelan sekati inilah yang pada upacara Sekaten dibawa ke luar kraton kemudian ditempatkan di Pagongan di halaman masjid Agung dan dibunyikan mulai tanggal 6 sampai tanggal 11 bulan Maulud atau sampai berakhirnya upacara Sekaten. Gamelan pusaka lain diantaranya adalah : Kangjeng Kyai Guntur Laut, Kangjeng Kyai Keboganggang, Kangjeng Kyai Surak, kangjeng Kyai Kancil Belik, Kangjeng Kyai Guntursari dan Kangjeng Kya

Pelana Kuda

Di lingkungan Kraton Yogyakarta ada pusaka berupa pelana kuda yang dinamai Kangjeng Kyai Cekathak. Bila disertakan dalam prosesi, Kangjeng Kyai Cekathak dipasang di punggung kuda, namun tidak ada penunggangnya.

Naskah

Di Gedung Widya Budaya, perpustakaan Kraton Yogyakarta, disimpan dua naskah yang tergolong dalam pusaka kraton. Kedua naskah itu adalah Kangjeng Kyai Al Qur’an dan Kangjeng Kyai Bharatayuda. Selain itu masih ada naskah pusaka lain yakni Kangjeng Kyai Suryaraja yang disimpan di Prabayeksa. Naskah-naskah tersebut ditulis dalam tulisan tangan yang indah, serta dihiasi dengan ragam hias tumbuhan dan geometris yang diterakan dengan cat air serta prada.

Enceh

Enceh atau kong adalah tempayan stoneware berukuran besar yang ditempatkan di halaman makam Sultan Agung di Imogiri. Ada empat enceh di tempat tersebut, masing-masing diberi nama : Nyai Siyem, Kyai Mendhung, Kyai Danumaya dan Nyai Danumurti. Sekali dalam setahun, yaitu pada bulan Sura, air di keempat tempayan itu dikuras, diganti dengan air yang baru.

Semoga artikel ini memuaskan dahagamu akan kisah misteri ya

Sumber : BUDAYAJOGYAKARTA

Baca Juga : 

KERIS PUSAKA KERATON YOGYAKARTA

Untuk Informasi Lebih Lanjut Hubungi:

TELEGRAM : +855 858 498 13
WHATSAPPS : +855 858 498 13


Komentar

Postingan populer dari blog ini

INIHANTU - KISAH MISTERI DAN LEGENDA SRIGATI NGAWI

INIHANTU - KISAH HOROR LEGENDARIS SMA TUGU MALANG

INIHANTU - MITOS DAN MISTERI KUDA KEPANG