INIHANTU - KISAH NYATA RUMAH TUA CILENGGANG MILIK DEMANG BELANDA DI TANGERANG
KISAH NYATA RUMAH TUA CILENGGANG MILIK DEMANG BELANDA DI TANGERANG
INIHANTU | KISAH NYATA RUMAH TUA CILENGGANG MILIK DEMANG BELANDA DI TANGERANG | Bicara Serpong ternyatanya banyak cerita yang dapat diambil sebagai bukti Sejarah betapa kawasan tersebut sangat kental dengan Sejarah dan Patriotiknya para Pejuang Bangsa Indonesia. Bukan hanya terkenal dengan Peristiwa Berdarah Pembantaian Para Pejuang Tentara Keamanan Rakyat (TKR) di Serpong oleh Tentara Jepang atau lebih kenal dengan Perang Lengkong, Kabupaten Tangerang (kini Tangerang Selatan-red) sebagai sebuah kota yang telah ada jauh sebelum Negeri ini Merdeka dan Memiliki berbagai Peninggalan Sejarah yang masih bisa Disaksikan hingga Kini.
Dua bangunan tua peninggalan Belanda yang terletak di Kampung PTPN, Kelurahan Cilenggang, Kecamatan Serpong, Kota Tangerang Selatan (Tangsel) menjadi saksi sejarah bangsa Indonesia.
Ditengah himpitan modernisasi gedung-gedung apartemen, bangunan yang berdiri sudah satu abad itu sampai saat ini masih berdiri kokoh meski tampak bagian atap sudah reot dan gentengnya pada berjatuhan.
Cerita bermula di Tahun 1887, salah satu Peninggalan Sejarah terletak di Kompleks Unit Aneka Usaha PT. Perkebunan Nusantara VIII (PTPN VIII) kini menjadi PTP XI Kampung Cilenggang, Kecamatan Serpong, yang pada masa Kolonial Hindia Belanda dikenal sebagai Perkebunan Karet yang Luas
Hal ini tentunya tidak terlepas dari kebijakan Pemerintahan Kolonial saat itu yang Fokus terhadap hasil Perkebunan milik Republik Indonesia. Sebagai Negara Jajahan Indonesia sangatlah menguntungkan selain Sumber Daya Alamnya yang Berlimpah dan faktanya, Perkampungan Cilenggang, Serpong, salah satu Bukti fisik adanya Perkebunan Karet yang banyak memberikan keuntungan berlimpah bagi Pemerintahan Hindia Belanda kala Itu.
Namun Perkebunan tersebut kini hanya tinggal kenangan karena banyak yang sudah dijadikan Pemukiman. Menurut penuturan Ketua RT Sulaeman (Anak Eks Pegawai Perkebunan) yang ditemui pada Minggu (11/08/2019), saat itu Pemerintahan Hindia Belanda mendirikan Rumah – rumah bagi Para Pengawas Perkebunan yang hingga kini masih dapat dilihat sisanya.
“Perkebunan Karet disini adalah Pusatnya Komoditi Karet bagi Pemerintahan Belanda. Awalnya Perkebunan di Indonesia ada 35 Perkebunan, setelah terjadinya Nasionalisasi Tahun 1950 an menjadi PTP XI dan Lahan Perkebunan yang tersisa hanya 70.000 Meter akibat adanya Perkembangan Modernisasi Kawasan di sekitaran Perkebunan Karet ini,” terang RT Sulaeman.
RT Sulaeman menambahkan bahwa, “Di Era Pemerintahan Presiden pertama Soekarno, PTP Perkebunan Karet menjadi Soko Ekonomi bagi Bangsa Indonesia setelah di Nasionalisasi, dan Rumah – rumah Tua yang pernah ditempati para Demang Belanda menjadi Saksi Bisu bahwa ada Bukti Sejarah dan hebatnya Perkebunan Karet di Cilenggang ini.”
“Dalam musrembang sering saya sampaikan agar rumah – rumah di kawasan ini menjadi Cagar Budaya Kota Tangsel, dan bisa dilestarikan sehingga Sejarah Pra Kemerdekaan yang ada di Cilenggang tidak pernah Pudar di telan Zaman, mengingat Rumah milik Demang Belanda kian rapuh dan rusak berat” tandasnya
Berdasarkan keterangan warga sekitar jika Perkebunan Karet milik Belanda konon Luas batas jaraknya dari ujung Taman Makam pahlawan Seribu sampai ke Pemukiman di kawasan PTP XI Cilenggang yang menyisakan rumah – rumah tua milik Demang Belanda dan saat ini membutuhkan sentuhan Pemkot Tangsel untuk merevitalisasinya.
Sementara itu berdasarkan Informasi yang didapat, Dinas terkait Pemerintahan Kota Tangerang Selatan tengah mengupayakan menjadikan rumah – rumah tua peninggalan Belanda yang berada di PTP XI dijadikan Cagar Budaya, bekerjasama dengan Tim Ahli Cagar Budaya dan Balai Pelestarian Cagar Budaya sebelum dibuatkannya keputusan Walikota Tangsel. (BTL)
Menurut penuturan sejarawan asal Kota Tangsel, Tb Sos Rendra, 2 bangunan rumah tersebut didirikan pada tahun 1824 sebagai tempat tinggalnya Ki Demang atau staf Pemerintah Daerah yang mengurus administrasi perkebunan tebu di wilayah tersebut.
“Jadi dulu itu wilayah ini semua perkebunan tebu untuk diolah jadi gula. Nah untuk mengangkut tebu itu sampai ke sini, di depan itu kan ada kali kecil, tadinya kali itu besar yang biasa digunakan untuk jalur pengiriman tebu. Jadi lewat kali,” kata Tb Sos di lokasi bangunan, Jumat (13/9/2019).
Seiring berjalannya waktu, setelah Indonesia merdeka tahun 1945, pasukan sekutu datang ke wilayah Serpong dan menempati bangunan itu. Tak hanya itu, tutur Tb Sos, kedatangan pasukan sekutu itu ternyata sekaligus memborbardir masyarakat sekitar.
“Waktu itu kan Jepang sudah kalah tidak punya kekuatan lagi, nah disitu pasukan sekutu berusaha merebut kembali perkebunan itu dari warga, tapi warga menolak, dan disitu lah warga pada dibunuhin,” jelasnya.
Setelah merdeka sepenuhnya, lahan ini, kata Tb Sos, diambil alih oleh PT Perkebunan Nusantara (PTPN), sehingga rumah yang bekas ditempati Ki Demang dan pasukan sekutu, waktu itu ditempati pegawai PTPN.
“Bangunan ini belum ada perbaikan sekali pun tapi masih berdiri kokoh seperti ini. Tapi kalau yang sebelah itu pernah ditempati pegawai PTPN, makannya ada bekas AC-nya,” tukas Tb.
Berbeda dengan yang diceritakan Tb Sos, pengurus 2 bangunan tersebut, Sulaiman malah menceritakan kisah horor dirinya selama membersihkan bangunan tua itu.
“Ya saya mah udah biasa sih mas nemun-nemu yang seperti itu di sini, namanya saya kan yang bersih-bersih di sini. Kalau saya sering lihat seperti ada noni-noni Belanda di pojokan itu, tapi ya wallahualam ya,” ungkap Sulaiman yang juga ketua RT.12, Cilenggang....
Semoga artikel ini memuaskan dahagamu akan kisah misteri ya !!!
Komentar
Posting Komentar