INIHANTU - SILSILAH DAN MASA PEMERINTAHAN KESULTANAN BIMA

SILSILAH DAN MASA PEMERINTAHAN KESULTANAN BIMA

INIHANTU | SILSILAH DAN MASA PEMERINTAHAN KESULTANAN BIMA | Menurut silsilah di Kesultanan Bima, para raja diberikan gelar Ruma yang melambangkan wakill Allah di Bumi dan Khalifah. Seorang pemimpin diberikan amanah dari penduduk untuk menjadi seorang pemerintah sehingga dalam tugasnya harus mengutamakan kepentingan masyarakat, diatas kepentingan pribadinya. Sistem pemerintahan di kesultanan dilaksanakan berdasarkan syariat dan ajaran Islam.

Nilai-nilai budaya yang dipelajari oleh masyarakat pun jika tidak boleh bertentangan dengan Islam dan hal ini sudah menjadi tradisi di pemerintahan Kerajaan Bima. Pada tahun 1908, Kesultanan Bima masih dikuasai oleh Hindia Belanda yang pada saat itu menerapakan sistem pemerintahan terpusat. Selama periode tersebut, Kesultanan Bima dibagi menjadi lima distrik dengan masing-masing pemimpinnya. Berikut ini:

  1. Distrik Bolo dipimpin Rato Parado
  2. Distrik Belodipimpin Raja Sakuru
  3. Distrik Sape dipimpin Raja Bicara
  4. Distrik Donggo dipimpin Sultan Muda
  5. Distrik Rasanae dipimpin Sultan

Memasuki tahun 1909, sistem pemerintahan Kerajaan Bima pindah ke Makassar setelah bergabung dengan Keresidenan Timur Hindia-Belanda. Karena adanya perpindahan sistem pemerintahan ini membuat segala urusan kesultanan di Bima harus berdasarkan persetujuan colonial Belanda, termasuk dalam kehidupan politik. Berikut ini silsilah raja yang pernah menjadi pemimpin di Kesultanan Bima:

1. Sultan Abdul Kahir (1601 – 1640)

Sultan Abdul Kahir sebagai raja di Kesultanan Bima mendapatkan gelar Rumata Ma Bata Wadu, beliau memeluk Islam saat usianya masih 20 tahun. Setelah menjadi seorang mualaf, Sultan Abdul Kahir memutuskan untuk hijrah ke Makassar selama 19 tahun. Beliau menjadi sultan di Kesultanan Bima dan dikarunia 4 putra dari pernikahannya dengan adik permaisuri Sultan Alaudding Makassar.

Selama masa pemerintahannya, Sultan Abdul Kahir memiliki tekad untuk membentuk sistem pemeritahan di Bima berdasarkan syariat Islam hingga dikenal dengan sumpahnya “Sumpah Parapi”. Isi dalam sumpah tersebut menyatakan bahwa ia rela berkorban jiwa dan raga untuk menjunjung Islam, Negeri dan Rakyat. Sultan Abdul Kahir wafat pada 22 Desember 1640 dan kepemimpinan digantikan oleh putranya yang bernama Sultan Abdul Khair Sirajuddin.

2. Sultan Abdul Khair Sirajuddin (1640 – 1682)

Sultan Abdul Khair Sirajuddin adalah putra dari Sultan Abdul Kahir I dan Daeng Sikontu yang melanjutkan pemerintahan di Kesultanan Bima setelah ayahnya wafat. Abdul Khair menjadi sasaran penangkapan VOC karena pada saat pemerintahannya, beliau memberikan pernyataan menolak atas perjanjian Bongaya. Meneruskan cita-cita ayahnya, Abdul Khair mendirikan lembaga Sara hukum yang beranggotakan para tokoh agama dan ulama. Sehingga semasa sistem pemerintahan Sultan Abdul Khair Sirajuddin dijalankan dengan hukum Islam.

3. Sultan Nuruddin (1682 – 1687)

Nuruddin adalah putra dari Sultan Abdul Khair Sirajuddin dengan Bonot Je’ne yang dinobatkan untuk melanjutkan tahta ayahnya. Masa kepemimpinan Sultan Nuruddin dikenal dengan Paju Monca, beliau mendirikan perkampungan tambora, membentuk perang Turnojoyo hingga membangun masjid-masjid di Jakarta Barat.

4. Sultan Jamaluddin (1687 – 1696)

Sultan Jamaluddin adalah putra sulung dari pernikahan Sultan Nuruddin dengan Daeng Tamemang yang menjadi Sultan di Kerajaan Bima ke-4. Beliau dengan tegas menyatakan penolakan kerja sama dengan Belanda. Hal itu ternyata membuat Sultan Jamaluddin dijebak dan dituduh telah membunuh bibi Permaisuri Sultan Dompu. Sultan Jamaluddin di penjara atas tuduhan tersebut hingga meninggal di Penjara Batavia.

5. Sultan Hasanuddin (1689 – 1731)

Setelah Sultan Jamaluddin, Sultan di Kerajaan Bima digantikan oleh putra sulungnya dengan Karaeng Tana-tana yang bernama Hasanuddin. Selama pemerintahannya, beliau mampu memperluas ajaran Islam di kerajaan dan mengadakan berbagai pembaruan struktur organisasi Pemerintahan ke arah yang lebih baik serta maju. Tidak hanya itu saja, melalui seni budaya, Sultan Hasanuddin juga memperluas syiar Islam.

6. Sultan Alauddin Syah (1731 – 1742)

Melanjutkan kepemimpinan ayahnya, Sultan Alauddin Syah yang bergelar Manuru Daha mencoba untuk menjalin kerja sama ekonomi, politik dan ekonomi dengan Makassar.

7. Sultan Ismail (1819 – 1854)

Sultan Ismail sebenarnya merupakan Sultan Kesultanan Bima yang ke-10. Sebelumnya ada beberapa nama lain yang pernah menjadi pemimpin diantaranya Sultan Abdul Qadim (1742 – 1773), Sultanah Kumalasyah (1773 – 1795) dan Sultan Abdul Hamid (1795 – 1819). Namun tidak banyak catatan sejarah yang membahas tentang masa kepemimpinan dari nama-nama Sultan tersebut.

Sultan Ismail sendiri merupakan anak dari Sultan Abdul Hamid yang diangkat sebagai Sultan di Kerajaan Bima pada November 1819. Pada awal-awal pemerintahannya, masyarakat Bima sangat menderita pasca letusan Gunung Tambora yang membuat banyak orang miskin dan kelaparan. Belum lagi dengan banyaknya serangan bajak laut serta bencana kemarau panjang yang semakin memperburuk keadaan di masyarakat Bima. Sultan Ismail memutuskan untuk patuh kepada Inggris agar dapat memperbaiki kehidupan ekonomi rakyatnya.

8. Sultan Muhammad Salahuddin (1915 – 1951)

Setelah berakhirnya masa pemerintahan Sultan Ismail, kemudian dilanjutkan oleh Sultan Abdullan (1854 – 1868), Sultan Abdul Aziz (1868 – 1881) dan Sultan Ibrahim (1881 – 1915). Periode kepemimpinan Kerajaan Bima pada tahun 1915 – 1951 dilanjutkan olehSultan Muhammad Salahuddin, putra Sultan Ibrahim. Sultan Muhammad Salahuddin selama periode pemerintahannya banyak melakukan perubahan sistem pemerintahan dan keadaan politik.

Beliau juga mendirikan sekolah islam di Kampo Suntu dan di Raba serta membangun masjid-masjid di setiap desa. Tidak hanya itu saja, Sultan juga membangun Badan Hukum Syara, yakni lembaga peradilan urusan agama. Sultan Muhammad Salahuddin turut andil dalam memperjuangkan kemerdekaan Indonesia dengan mendirikan berbagai organisasi penjuang kemerdekaan....

Semoga artikel ini memuaskan dahagamu akan kisah misteri ya !!!

Baca Juga :

SEJARAH KESULTANAN BIMA

Untuk Informasi Lebih Lanjut Hubungi:
TELEGRAM : +855 858 498 13
WHATSAPPS : +855 858 498 13



Komentar

Postingan populer dari blog ini

INIHANTU - KISAH MISTERI DAN LEGENDA SRIGATI NGAWI

INIHANTU - KISAH HOROR LEGENDARIS SMA TUGU MALANG

INIHANTU - MITOS DAN MISTERI KUDA KEPANG