INIHANTU - KISAH MISTERI PENEMUAN KOTA EMAS LUXOR
KISAH MISTERI PENEMUAN KOTA EMAS LUXOR
INIHANTU | KISAH MISTERI PENEMUAN KOTA EMAS LUXOR | Para arkeolog telah menemukan "Kota Emas yang Hilang", terkubur di bawah ibu kota Mesir kuno Luxor selama 3.000 tahun. Baru-baru ini pemerintah Mesir mengumumkan sebuah penemuan arkeologi yang luar biasa. Mereka menyatakan telah menemukan "kota emas Luxor yang hilang".
Tingkat keawetan pada "kota hilang" yang ditemukan ini telah membuat para peneliti terkesan. Kota ini seperti baru ditinggalkan kemarin sore.
"Tidak ada keraguan tentang itu; ini benar-benar penemuan yang fenomenal," ujar Salima Ikram, arkeolog yang memimpin unit Egyptology di American University di Kairo, seperti diberitakan National Geographic. Menurutnya, ini seperti temuan Kota Pompeii versi Mesir.
Kota yang secara historis dikenal sebagai "The Rise of Aten" ini didirikan oleh Amenhotep III (memerintah 1391-1353 SM), kakek dari Tutankhamun atau Raja Tut.
Situs kota ini berasal dari era firaun dinasti ke-18 Amenhotep III, yang memerintah antara sekitar 1386 dan 1353 Sebelum Masehi. Amenhotep III memimpin era kekayaan, kekuasaan, dan kemewahan yang luar biasa pada masanya. Kekuasaan Amenhotep III berakhir ketika ia meninggal, dan yang menggantikannya sebagai firaun atau raja Mesir kuno adalah putranya yang bernama Akhenaten.
Orang-orang Mesir kuno terus menggunakan "Kota Emas" selama pemerintahan Amenhotep III dengan putranya, Amenhitep IV atau Akhenaten, serta selama pemerintahan Tut dan firaun yang dikenal sebagai Ay.
Namun beberapa tahun setelah kematian Amenhotep III, Akhenaten yang memerintah dari sekitar 1353–1336 Sebelum Masehi itu malah meninggakan segala kekayaan dan kemewahan yang telah diperjuangkan ayahnya itu. Selama 17 tahun pemerintahannya, ia menjungkirbalikkan budaya Mesir, meninggalkan semua panteon (kumpulan dewa) tradisional Mesir kecuali satu, dewa matahari Aten. Ia bahkan mengganti namanya dari Amenhotep IV menjadi Akhenaten, yang artinya “mengabdi pada Aten”.
Terlepas dari sejarah kota yang kaya, dokumen sejarah melaporkan bahwa kota itu adalah rumah bagi tiga istana kerajaan milik Raja Amenhotep III dan merupakan pemukiman administratif serta industri terbesar di Luxor pada saat itu Sayangnya, peninggalannya tidak dapat ditemukan oleh para arkeolog hingga sekarang. "Banyak misi luar negeri mencari kota ini dan tidak pernah menemukannya," kata Zahi Hawass, arkeolog yang memimpin penggalian Kota Emas dan mantan menteri negara urusan barang antik, dikutip dari Live Science, Senin (12/4/2021). Hawass dan timnya memulai pencarian pada 2020 dengan harapan menemukan kuil kamar mayat Raja Tut.
Namun, tim arkeolog terkejut ketika mulai menemukan batu bata lumpur di mana pun mereka menggali. Para ahli segera menyadari bahwa mereka telah menemukan kota besar dengan kondisi masih relatif baik. "Jalan-jalan kota diapit oleh rumah-rumah, beberapa dengan dinding setinggi 3 meter. Rumah-rumah ini memiliki ruangan dipenuhi pernak pernik dan perkakas, yang digunakan orang Mesir kuno dalam kehidupan sehari-hari," tambah Hawass.
Menurut Betsy Brian, profesor Egyptology di John Hopkins University, penemuan kota yang hilang ini adalah penemuan arkeologi terpenting kedua sejak makam Tutankhamun pada 1922. "Penemuan Kota yang Hilang akan membantu kita menjelaskan salah satu misteri terbesar dalam sejarah, mengapa Akhenaten dan Ratu Nefertiti memutuskan untuk pindah ke Amarna," ucap Brian.
Firaun sesat itu tidak berhenti di situ. Akhenaten memindahkan kursi kerajaannya dari Thebes (kini Luxor) ke utara ke kota yang benar-benar baru yang dia sebut Akhetaten (kini Amarna) dan mengawasi revolusi artistik yang secara singkat mengubah seni Mesir dari kaku dan seragam menjadi penuh animasi dan detail.
Kota yang memperlihatkan kemewahan pada masa Firaun Amenhotep III itulah yang pada 2021 ini diumumkan telah ditemukan di Mesir.
Setelah menyadari penemuan tersebut, tim ahli mulai mencari benda-benda kuno bertuliskan cartouche Amenhotep III, sebuah oval yang diisi dengan nama kerajaannya dalam hieroglif.
Tim menemukan cartouche tersebut di mana-mana, termasuk di bejana anggur, cincin, tembikar, hingga batu bata lumpur, yang menegaskan bahwa kota itu aktif pada masa pemerintahan Amenhotep III.
Situs "kota hilang" yang berusia lebih dari 3.000 tahun ini meyimpan kuil kamar mayat Amenhotep III di sebelah utara yang dibangun abad 14 Sebelum Masehi. Ada juga Medinet Habu, kuil kamar mayat yang dibangun hampir dua abad kemudian untuk Ramses III, di sebelah selatan situs ini.
Para arkeolog juga menemukan sesuatu yang sangat berbeda dari situs kota ini: dinding-dinding bata lumpur berliku-liku setinggi sembilan kaki dan tumpukan artefak kuno dari era Amenhotep III.
Setelah tujuh bulan penggalian, para arkeolog menemukan beberapa bangunan. Di bagian selatan kota, terdapat sisa-sisa toko roti yang memiliki area persiapan makanan dan memasak berisi oven. Di wilayah lain, yang masih sebagian tertutup dari penggalian, para arkeolog menemukan sebuah distrik administratif dan pemukiman yang memiliki unit-unit yang lebih besar dan tertata rapi.
Desain arsitektur yang digunakan menjelang akhir Dinasti ke-18 seperti pagar zigzag menutup area tersebut dan hanya bisa diakses oleh satu pintu masuk.
Akses tunggal ini kemungkinan berfungsi sebagai langkah pengamanan. Di daerah lainnya, para arkeolog menemukan area produksi batu bata lumpur, yang digunakan untuk membangun kuil dan bangunan tambahan. Batu bata ini memiliki segel dengan cartouche Raja Amenhotep III.
Sementara itu, hampir di seluruh bagian kota, para arkeolog menemukan perkakas yang berhubungan dengan pekerjaan industri, termasuk pemintalan dan penenunan.
Struktur bangunan di situs kota ini menyimpan pula barang-barang keperluan sehari-hari. Banyak di antara benda-benda yang ditemukan ini terkait dengan produksi artistik dan industri yang mendukung ibu kota firaun tersebut.
Ada rumah tempat para pekerja mungkin pernah tinggal, toko roti dan dapur, barang-barang yang berkaitan dengan produksi logam dan kaca, bangunan yang tampaknya berkaitan dengan administrasi, dan bahkan pemakaman yang dipenuhi dengan kuburan batu.
Meskipun ukuran kota ini belum ditentukan, asal tahun kota ini dapat diketahui dengan jelas berkat hieroglif pada berbagai benda yang ditemukan. Sebuah bejana berisi dua galon daging rebus bertuliskan tahun 37 masa pemerintahan Amenhotep III. Scarab, batu bata, bejana, benda yang ditemukan dan lainnya juga memiliki segel atau tanda kerajaan Amenhotep III.
"Kota hilang ini merupakan penemuan arkeologi terpenting setelah makam Tutankhamun," ujar Betsy Bryan, profesor seni dan arkeologi Mesir di Johns Hopkins University.
Bryan, yang tidak terlibat dalam penggalian, mengunjungi situs tersebut pada hari ketika para arkeolog menemukan langit-langit tanah liat kecil yang dicap dengan hieroglif bertuliskan 'Aten ditemukan hidup di atas kebenaran.' "Itu adalah julukan Akhenaten," kata Bryan. Meskipun langit-langit itu bertuliskan nama Akhenaten, Bryan mengatakan kota itu adalah bagian dari kompleks istana Amenhotep II, ayah Akhenaten.
Begitu Akhenaten berkuasa dan mengubah lokasi istana barunya, dia meninggalkan kota ayahnya itu. Kehilangan kota itu ternyata menjadi keuntungan arkeologi modern saat ini. “Luar biasa indah,” kata Ikram.
Ikram membayangkan berjalan melalui jalan-jalan di kota yang masih cukup utuh itu, dikelilingi oleh tembok-tembok tinggi di mana, katanya, dia mengharapkan seorang Mesir kuno datang di tikungan kapan saja. "Ini menakjubkan," ucapnya.
Kota itu tampaknya telah digunakan kembali oleh Tutankhamun, yang menyingkirkan Akhetaten selama masa pemerintahannya. Namun akhirnya ia juga mendirikan ibu kota baru di Memphis. Ay, yang kemudian mewarisi takhta Tutankhamun saat menikah dengan janda Tut tersebut, tampaknya juga telah menggunakannya.
Empat lapisan permukiman yang berbeda di situs tersebut menunjukkan era penggunaannya hingga era Bizantium Koptik dari abad ketiga hingga ketujuh Masehi. Kemudian, barulah kota itu dibiarkan terkubur dalam padang pasir sampai akhirnya ditemukan kembali baru-baru ini.
Tetapi mengapa kota itu ditinggalkan selama masa pemerintahan singkat Akhenaten? "Saya tidak tahu apakah kita akan semakin dekat untuk menjawab pertanyaan itu melalui temuan kota ini," kata Bryan. “Yang akan kita dapatkan adalah semakin banyak informasi tentang Amenhotep III, Akhenaten, dan keluarganya. Ini masih awal, tapi saya pikir kita akan melihat lebih banyak dan lebih banyak hubungannya."....
Semoga artikel ini memuaskan dahagamu akan kisah misteri ya !!!
Baca Juga :
Komentar
Posting Komentar