INIHANTU - MISTERI BATU PURBAKALA LAKI LAKI DAN PEREMPUAN DIDANAU SENTANI

MISTERI BATU PURBAKALA LAKI LAKI DAN PEREMPUAN DIDANAU SENTANI

INIHANTU | MISTERI BATU PURBAKALA LAKI LAKI DAN PEREMPUAN DIDANAU SENTANI | Masih ingat dalam ingatan banjir bandang yang terjadi di Danau Sentani, Jayapura, Papua pada Maret 2019 silam. Air bah dari atas Gunung Cyclop itu telah merendam 25 kampung, menelan korban jiwa 112 orang, 94 orang hilang, dan sekitar 7.600 orang terpaksa mengungsi. Data itu adalah hasil identifikasi pada 22 Maret 2019 yang dikutip CNNIndonesia.com.

Di satu sisi, ada harta karun di dalam Danau Sentani yang dikhawatirkan akan hilang atau bergeser akibat banjir bandang yang melanda itu. Yaitu benda purbakala yang menurut cerita secara turun temurun menjadi salah satu benda penghubung manusia dengan para roh nenek moyang.

Lebih dari satu tahun kemudian, trauma masa lalu itu perlahan hilang, seiring dengan pergantian musim setiap tahunnya. Sampai tiba saat saat air Danau Sentani surut akibat musim kemarau yang panjang. Hujan sedang jarang turun sejak Maret 2020. Ini membuat pasokan air Danau Sentani yang berasal dari Gunung Cyclop berkurang membuat volume air Danau Sentani turun.

Surutnya air Danau Sentani di satu sisi patut disyukuri karena dengan kondisi tersebut warga lokal akhirnya bisa melihat kembali dan memastikan bahwa benda-benda purbakala itu masih ada dan tidak bergeser sedikit pun. Benda itu merupakan batu tinggalan megalitik yang berada di dalam air Danau Sentani.

Ini kondisi yang tidak biasa karena kalau pun kondisi permukaan air Danau Sentani sedang pasang, tinggalan benda purbakala megalitik ini hanya terlihat samar-samar berada di dalam air. Namun kali ini surutnya air yang deras membuat batu purbakala itu terlihat jelas.

Terlihat dari Pulau Asei, pulau kecil di tengah Danau Sentani bagian timur, tinggalan megalitik yang disebut menhir itu bukan hanya terlihat jelas karena berdiri kokoh. Ukiran pada permukaan batunya pun juga terlihat jelas.

Menhir Berjenis Laki-Laki dan Perempuan

Menurut Peneliti Badan Arkeologi Papua, Hari Suroto, batu purbakala itu merupakan harta karun antropologi masyarakat Papua di danau yang berada di bawah lereng Pegunungan Cagar Alam Cyclops. Hari menjelaskan bahwa sejumlah menhir juga terlihat jelas di perairan Pulau Mantai.

Dua buah menhir berukuran besar di sana dipercaya oleh masyarakat Sentani bagian barat sebagai laki-laki dan perempuan dewasa. Dalam pengertiannya, menhir adalah batu tegak hasil kebudayaan megalit sebagai tanda peringatan dan lambang arwah nenek moyang.

Tidak jauh di samping dua menhir laki-laki dan perempuan dewasa itu terlihat juga sepuluh menhir berukuran lebih kecil. Menhir-menhir ini dipercaya sebagai anak-anaknya yang dikenal sebagai Ainining Duka atau batu beranak. Masyarakat Kwadeware juga menyebutnya sebagai batau rejeki atau batu marew.

‘’Menhir itu batu tegak, walaupun diukir atau tidak, itu [tetap disebut] menhir. Di Asei ini sangat spesial karena ada ukirannya,’’ ungkap Hari dikutip Detik.com.

Semasa prasejarah benda itu digunakan sebagai media yang menghubungkan masyarakat dengan roh nenek moyang atau dengan leluhurnya untuk mengalirkan suatu kekuatan gaib.

Digunakan Untuk Tempat Ritual Sebelum Berburu

Hingga kini sebenarnya menhir-menhir itu tidak lagi digunakan sebagai media untuk berhubungan dengan roh nenek moyang oleh masyarakat Papua di sekitar Danau Sentani. Namun makna menhir itu masih terjaga hingga kini melalui cerita yang disampaikan secara turun temurun.

Pada masa prasejarah, biasanya warga yang hendak berburu, mencari ikan, dan menokok pergi ke hutan sagu, mereka akan singgah terlebih dahulu ke menhir ini.

‘’Mereka taruh sirih pinang dulu dengan harapan kalau berburu dapat binatang buruan, kalau mencari ikan dapat ikan yang banyak, kalau dia mau pergi ke hutan sagu, ketika menokok sagu tidak dimakan buaya. Atau ketika naik perahu, bisa selamat tidak terbalik,’’ jelas Hari dikutip Detik.com pada 7 Oktober 2020 lalu.

Seiring berkembangnya manusia modern seperti sekarang, ritual itu sudah tidak pernah dilakukan lagi.

‘’Sekarang mayoritas masyarakat Sentani itu [memeluk agama dan meyakini] Kristen, Kristen Protestan. Jadi tradisi itu sudah nggak ada. Cuma dalam ingatan kolektif masyarakat Sentani sendiri masih ada cerita turun-temurun bahwa memang itu dulu berfungsi untuk kegiatan berkaitan spiritual,’’ tutur Hari.

Kepala Balai Arkeologi Papua, Gusti Made Sudarmika, juga pernah mengungkapkan bahwa menhir-menhir yang ada di sekitar Danau Sentani juga tidak hanya berfungsi secara religi, melainkan secara praktis.

‘’Menhir itu kalau dari istilah arkeologinya itu tiang batu atau batu berdiri. Beberapa masyarakat bilang batu berdiri yang biasanya disengaja didirikan itu [berbentuk] sejenis tiang. Bukan batu biasa. Kadang-kadang juga sengaja dibentuk persegi, persegi panjang,’’ ungkap Gusti Made.

Batu-batu menhir itu juga diduga difungsikan sebagai tiang rumah pada masa prasejarah dulu. Meski begitu, penelitian arkeologi ini masih harus terus dilanjutkan. Sempat tidak maksimal untuk diteliti karena menhir-menhir itu biasanya tenggelam di Danau Sentani.

Gusti Made juga menduga bahwa masih banyak menhir maupun batu-batu purbakala yang belum diketahui di sekitar Danau Sentani.

RUMAH PRASEJARAH DI DANAU SENTANI

Dikutip dari Liputan6.com, Jayapura - Balai Arkeologi Papua dalam penelitian di perairan Danau Sentani bagian barat, Kampung Doyo Lama, Distrik Waibu, Kabupaten Jayapura, Papua kembali menemukan tiang rumah prasejarah.

Hari Suroto, salah seorang peneliti senior dari Balai Arkeologi Papua saat berada di Kota Jayapura, mengatakan penelitian tersebut merupakan penelitian lanjutan di Situs Ayauge.

Pada penelitian sebelumnya, tahun 2018, kata dia, tim peneliti dari Balai Arkeologi Papua berhasil menemukan tiang-tiang rumah dari pohon soang (Xanthostemon sp) di Situs Ayauge Danau Sentani.

Tiang-tiang ini merupakan bekas hunian prasejarah berupa rumah panggung di atas permukaan air. Pada penelitian 2018, hanya dilakukan survei permukaan air saja, sehingga hanya diketahui adanya bekas-bekas tiang rumah.

"Dalam penelitian Oktober 2019, lebih difokuskan pada peninggalan yang berada di bawah air, penelitian ini melibatkan nelayan tradisional Sentani yang terbiasa dengan molo, yaitu menangkap ikan dengan menyelam," katanya, Minggu (20/10/2019), dilansir Antara.

Para nelayan tradisional Sentani ini, ungkap dia, mampu menyelam cukup lama tanpa menggunakan alat selam. Eksplorasi bawah air di Situs Ayauge, berhasil mendapatkan pecahan gerabah berdinding tebal, alat tulang, dan mata panah terbuat dari kayu soang.

"Kayu soang dikenal sebagai kayu keras dan mampu bertahan lama hingga ratusan tahun sehingga secara tradisional oleh masyarakat Sentani dijadikan sebagai tiang rumah dan peralatan hidup lainnya," katanya.

Hasil Penelitian

Berdasarkan pengamatan terhadap pecahan gerabah Situs Ayauge, memiliki ketebalan yang sama dengan gerabah yang ditemukan di Situs Megalitik Tutari, Doyo Lama. Hal ini diperkirakan berasal dari tempat yang sama.

Secara tradisional, gerabah di Sentani diproduksi di Kampung Abaar, Sentani Tengah. Namun hasil analisis X-Ray Diffraction (XRD) terhadap gerabah Abar dan gerabah Situs Megalitik Tutari, kandungan mineral pada tanah liat kedua gerabah tersebut tidak sama.

"Hal ini membuktikan bahwa gerabah Situs Megalitik Tutari dan Situs Ayauge tidak dibuat di Abaar," katanya.

Lalu, kata Hari, berdasarkan temuan terbaru berupa gerabah motif buaya di Situs Yope, maka diperkirakan gerabah Situs Megalitik Tutari dan gerabah Situs Ayauge dibuat di Yope, Danau Sentani bagian barat.

Secara terpisah terkait temuan tersebut, Kepala Bidang Kebudayaan dari Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Jayapura Elvis Kabey mengatakan pihaknya akan terus bekerja sama dengan Balai Arkeologi Papua untuk melakukan penelitian di kawasan Danau Sentani.

"Kerja sama ini selain menemukan situs arkeologi baru juga untuk melakukan kajian berkaitan dengan pelestarian dan pengembangan situs arkeologi yang ditemukan," katanya....

Artikel ini dibuat oleh Penulis Terverifikasi GNFI, dengan mematuhi aturan menulis di GNFI. Isi artikel ini sepenuhnya menjadi tanggung jawab penulis....

Semoga artikel ini memuaskan dahagamu akan kisah misteri ya !!!

SUMBER : GNFI

Baca Juga :

KISAH CALON ARANG DAN MISTERI LEAK YANG DIRAHASIAKAN MASYARAKAT BALI

Untuk Informasi Lebih Lanjut Hubungi:
TELEGRAM : +855 858 498 13
WHATSAPPS : +855 858 498 13


Komentar

Postingan populer dari blog ini

INIHANTU - KISAH MISTERI DAN LEGENDA SRIGATI NGAWI

INIHANTU - KISAH HOROR LEGENDARIS SMA TUGU MALANG

INIHANTU - MITOS DAN MISTERI KUDA KEPANG