INIHANTU - KISAH MISTERI MASJID AL MUKARROMAH DAN MAKAM KERAMAT KAMPUNG BANDAN ANCOL
KISAH MISTERI MASJID AL MUKARROMAH DAN MAKAM KERAMAT KAMPUNG BANDAN ANCOL
INIHANTU | KISAH MISTERI MASJID AL MUKARROMAH DAN MAKAM KERAMAT KAMPUNG BANDAN ANCOL | Masjid Al Mukarromah Makam Keramat Kampung Bandan menjadi saksi bisu awal peradaban Islam di pesisir Ancol.
Bangunan cagar budaya di Jalan Lodan Raya, Pademangan, Jakarta Utara tersebut menjadi tempat peristirahatan terakhir tiga penyebar agama Islam yang kini dikeramatkan.
Rentetan sejarah salah satu masjid tertua di Jakarta itu bermula ketika dua orang habib asal negeri Yaman menyiarkan ajaran Islam ke penjuru Nusantara.
Pada sekitar abad 16 hingga 17, Habib Mohammad Bin Umar Alqudsi yang wafat pada 1118 Hijriah (1697) dan Habib Ali Bin Abdurrahman Ba’alawi pada 1122 Hijriah (1701), dari dari Yaman berkunjung ke Aceh, hingga ke pesisir Batavia.
“Makam pertama itu Habib Mohammad Bin Umar Alqudsi dan Habib Ali Bin Abdurrahman Ba’alawi. Beliau syiar dari Yaman, ke Aceh, hingga terakhir di sini,” kata Ketua Masjid Jami Al Mukarromah Makam Keramat Kampung Bandan Habib Alwi Bin Ali Asy-Syathri, baru-baru ini.
Setelah kedua habib tersebut wafat, ratusan tahun kemudian terjadi kevakuman di kawasan makam keramat itu.
Di momen-momen itulah datang Habib Abdurrahman Bin Alwi Asy-Syathri, seorang ulama yang rutin berdakwah di Batavia alias Jakarta kini.
Habib Abdurrahman awalnya ditugaskan mencari makam kedua wali atas perintah Habib Abdullah bin Muhsin Al-Attas asal Bogor, Jawa Barat. Berbulan-bulan pencarian, Habib Abdurrahman akhirnya mendapati dua pusara tersebut.
Kala itu, mulai banyak orang yang beraktivitas di sekitar lingkungan makam. Mereka adalah tawanan Belanda zaman Veerenigde Oostindische Compagnie (VOC) yang dibawa dari daerah Banda, Maluku.
Demi mengeramatkan makam dua habib sebelumnya, Habib Abdurrahman Bin Alwi Asy-Syathri kemudian memutuskan membangun rumah ibadah di tempat itu. Alhasil, masjid tersebut akhirnya dibangun sekitar tahun 1879.
Kini, makam Habib Mohammad Bin Umar Alqudsi, Habib Ali Bin Abdurrahman Ba’alawi, dan Habib Abdurrahman Bin Alwi Asy-Syathri dikeramatkan di dalam Masjid Al Mukarromah Makam Keramat Kampung Bandan. Ketiga pusara penyebar agama Islam itu tampak ditutupi kain hijau bertuliskan kalimat tauhid.
Habib Alwi kemudian bercerita soal cikal bakal nama Kampung Bandan. Dari penuturan warga setempat dan sejarah yang dipelajari, Kampung Bandan disebutkannya berasal dari para tawanan asal Banda yang dibawa Belanda zaman VOC.
“Jadi, (Belanda) mengalahkan kerajaan Banda sana itu dibawa berupa tawanan ditempatkan di wilayah sini. Sampai dengan Pasar Ikan itu dalam pengawasan Belanda VOC,” kata Habib Alwi.
Hal itu juga diketahui dari keberadaan beberapa makam tanpa nama yang di dekat areal masjid. Makam tanpa nama tersebut diyakini merupakan tempat peristirahatan budak-budak asal Banda yang sudah ada sejak zaman penjajahan.
“Ada makam yang nggak ada namanya gitu, di depan situ, tahu sejarahnya makam ini ada saja, sejak jaman penjajahan dulu,” kata Habib Alwi.
Di sisi lain, lanjut Habib Alwi, meski dahulu dipenuhi orang-orang Banda, kini sulit ditemui keluarga asal daerah tersebut di permukiman Kampung Bandan.
Hal itu bukan tanpa alasan. Habib Alwi menuturkan, pada zaman penjajahan dulu, orang-orang Banda cenderung hanya singgah di pesisir Jakarta tanpa menetap maupun membangun permukiman.
Sebab, mereka adalah tawanan yang selalu dibawa pergi dari satu tempat ke tempat lainnya oleh penjajah dari Negeri Kincir Angin.
“Kadang ada yang tanya juga, kalau memang ada (orang Banda), artinya ada perpindahan penduduk dari Banda ke sini. Tentu ada masih ada yang tertinggal keluarga, saya bilang nggak,” ucap Habib Alwi.
Seiring berjalannya waktu Masjid Keramat Kampung Bandan akhirnya mengalami perubahan nama. Periode 2000-an, namanya diubah menjadi Masjid Al Mukarromah Makam Keramat Kampung Bandan.
Nama Al-Mukarromah dikaitkan dengan keberadaan tiga makam keramat di dalamnya. “Wali Allah punya kelebihan yang disebut Karromah, kalo pada zaman nabi, itu disebut mukjizat atau anugerah,” kata Alwi.
Pada tahun 1972, Pemerintah Provinsi DKI Jakarta akhirnya menetapkan Masjid Al-Mukarromah sebagai bangunan cagar budaya. Kemudian, di tahun 1998, tembok pembatas akhirnya dibangun sekeliling masjid.
Alwi menambahkan, renovasi besar-besaran yang dilakukan terhadap masjid itu terjadi sekitar tahun 2006.
Kini, Masjid Al-Mukarromah luas arealnya mencapai 3000 meter persegi.
Sementara untuk kapasitasnya, masjid ini dapat menampung hingga 700 orang. Setiap bulannya, terutama sebelum pandemi Covid-19, tak kurang dari 20 bus yang membawa peziarah dari seluruh penjuru negeri menuju ke masjid tersebut.
Semoga artikel ini memuaskan dahagamu akan kisah misteri ya !!!
Baca Juga :
Komentar
Posting Komentar