INIHANTU - TIGA PENDAPAT ASAL USUL KABUPATEN MUKOMUKO BENGKULU
TIGA PENDAPAT ASAL USUL KABUPATEN MUKOMUKO BENGKULU
INIHANTU | TIGA PENDAPAT ASAL USUL KABUPATEN MUKOMUKO BENGKULU | Hampir setiap daerah di Indonesia mempunyai legenda dan sejarah tersendiri bagi masyarakat sekitarnya. Legenda yang paling banyak dijumpai adalah asal usul nama daerah tersebut.
Masyarakat Mukomuko, sebagaimana halnya masyarakat Rejang, Pekal, Serawai dan Lembak di Bengkulu, serta masyarakat lainnya di nusantara, memiliki legenda tentang asal-usul daerah mereka. Legenda asal-usul nama tempat itu merupakan sejarah yang secara lisan dikembangkan serta di sebarluaskan dari generasi ke generasi berikutnya, diyakini kebenarannya sebagai suatu peristiwa nyata pada masa lampau.
Dalam kaitan ini, masyarakat Mukomuko mengenal dua pendapat tentang kisah sejarah asal nama Mukomuko. Kedua pendapat ini ada kesamaan dan ada perbedaannya. Dan diyakini kebenarannya yang terjadi pada masa lampau. Berikut ini disajikan bentuk pendapat kisah tentang asal nama Mukomuko.
- Pendapat Pertama
Penduduk Mukomuko pada mulanya bertempat tinggal di suatu daerah yang di beri nama Padang Ribunribun. Penduduknya terdiri dari dua kelompok yang tergabung dalam 7 (tujuh) nenek yaitu:
1. Nenek bergelar Maharajo Namrah
2. Nenek bergelar Maharajo Terang
3. Nenek bergelar Maharaja Laksamana
4. Nenek bergelar Rajo Tiangso
5. Nenek bergelar Rajo Kolo
6. Nenek bergelar Koto Pahlawan
7. Nenek bergelar Rajo Mangkoto - Pendapat Kedua
Mengisahkan bahwa awalnya adalah Lunang. Diuraikan dahulunya Mukomuko bernama Kerajaan Talang Kayu Embun. Tahun 1529 terjadi keributan antara Kerinci dengan Kayu Embun tentang batas kerajaan untuk itu Sultan Firmansyah Rajo Indrapura diperintah dan diatur bermukomuko di rumah Gedang Lunang yang di hadiri :
1. Pemangku lima dari Kerinci, Depati Empat
2. Depati Laut Tawar dari Mukomuko
3. Sultan Muhammad Syah dari Indrapura
4. Penghulu Delapan dari Lunang
Hasil musyawarah, pada hari Senin, 10 Maret 1529 adalah resminya nama Mukomuko dan resminya batas Mukomuko dengan Kerinci, ialah Darei Renah Sianit sampai Bukit Setinjau Laut. Raja pertama di Mukomuko adalah Raja Adil, raja kedua Rajo Mudo kawin dengan keponakan sang Depati Laut Tawar, raja ketiga Maharaja Gedang keponakan sang Depati Laut Tawar.
Persamaan kedua pendapat di atas adalah bahwa istilah Mukomuko menunjuk kepada musyawarah yang di lakukan untuk mencari, menemukan, dan menyepakati nama yang sesuai untuk daerah mereka. Perbedaannya terletak pada waktu terjadinya peristiwa. Pendapat pertama tidak menunjuk angka tahun. Pendapat kedua menunjuk waktu tertentu yaitu hari Senin, bulan Maret, tahun 1529. - Pendapat Ketiga
Dikutip Dari Gatra Bengkulu. Sebelum sertifikat nama Mukomuko melekat pada daerah ini, masyarakat yang mendiami/menghuni daerah ini memberi nama “Tekek Kualo Bandar Rami”. Artinya: “Sebuah Tekek di dekat muara, pelabuhan yang ramai”. Waktu itu masyarakatnya hidup berkelompok-kelompok di bawah satu komando kepala suku atau kepala kaum.
Pusat Kerajaan di muara pertemuan yaitu Sungai Dakuni dengan Sungai Abu yang sekarang terkenal dengan sebutan Sungai Selagan dan Sungai Manjuto. Adapun masyarakat yang menghuni daerah ini terdiri dari beberapa kelompok atau suku. Mereka ini juga berasal dari beberapa wilayah nusantara, sebagai bukti dapat kita lihat pada gelar pusaka dan makam yang ditinggalkan kepada keturunan berikutnya atau anak cucunya. Suku-suku atau kelompok tersebut adalah.
Kelompok Tujuh Nenek Dengan Gelar :
1. Rajo Tiang Eso
2. Rajo Damrak
3. Datuk Kelak Semsu (Raja Di Laut)
4. Maka Rajo Terang
5. Meti Rajo (Rajo Kito)
6. Kato Pahlawan
7. Bumi Putra
Kelompok Lima Suku Dengan Gelar:
1. Singorajo (Rajo Syah Bandar)
2. Paduko Rajo (Gunung Malenggang)
3. Songotiang
4. Maha Rajo Kapak (Rajo Dulung)
5. Kyai Bujang (Berkuku Besi)
Kelompok Gersik dan Perut Sang Pati
Tiga kelompok ini dikenal dengan sebutan kelompok Empat Belas yang nantinya cikal bakal terkenal dengan sebutan Pratin Empat Belas.
Adapun cara menjalankan kehidupan bermasyarakat bukanlah berbentuk pemerintahan atau Raja melainkan berkelompok yang mana pemimpinnya dipilih melalui mufakat atau rapat, yang terkenal dengan nama jabatan pemimpinnya Rajo Penghulu yang artinya orang yang dituakan disegani.
Menurut sejarah yang ditinggalkan secara turun-menurun, pemimpin mereka yang pertama diberi gelar Rajo Kalo. Dari sini lah mereka berawal hidup di bawah seorang pemimpin sebelum datang kaum pemimpin Rajo dari Indrapura
Adapun wilayah kekuasaan mereka sampai sekarang belum jelas di mana batas-batasnya karena tidak mempunyai catatan dan juga sangat tradisional, hal ini hanya dapat dilihat dengan dua peninggalan sejarah yaitu pertama makam atau kuburan dan kedua, gelar pusaka yang ditinggalkan.
Para sesepuh ini kemudian membentuk suatu negeri yang di kepalai oleh seseorang penghulu adat sebagai kepala dari seluruh suku tersebut yang di sebut datuk. Dalam melaksanakan tugasnya datuk dibantu oleh kepala suku. Setelah beberapa tahun lamanya daerah ini di beri sebutan Teluk Kuala Banda Rami. Sebutan ini diberi sebutan oleh pendatang dari Kerinci. Pendatang ini adalah seorang yang membawa dagangan dari Sungai Ipuh dan menyelusuri Sungai Selagan dengan menggunakan rakit hingga sampai ke muara, yang yang merupakan pelabuhan biduk-biduk yang datang dari berbagai daerah untuk berniaga, seperti dari Indrapura, Bugis, dan sebagainya. Karena nama tersebut dibuat oleh kaum pendatang maka kepala para kepala suku mengadakan musyawarah di Padang Ribun ribun untuk mencari nama yang sesuai bagi daerahnya, nama yang tidak dari pemberian seorang pendatang, melainkan nama yang di sepakati bersama oleh mereka. Lebih kurang selama 6 purnama mereka bermusyawarah belum juga ada kesepakatan tentang nama yang mereka kehendaki untuk daerah mereka.
Pada purnama ke 7 mereka kedatangan 3 orang tamu dari Pagar Ruyung. Tamu tersebut adalah :
1. Paduko Rajo
2. Marajo Nan Kayo
3. Marajo Gedang
Setelah berbasa-basi, salah seorang dari mereka bertanya kepada pimpinanya musyawarah. Yaitu Maharajo Namrah tentang musyawarah yang mereka lakukan dengan duduk berhadap-hadapan ini. Maharajo Namrah menjawab bahwa mereka ingin mencari nama yang baik untuk daerah yang mereka tempati. Mendengar pernyataan itu maka tamu tadi berkomentar, “berarti sudah tujuh purnama kalian berhadapan muka (bermukomuko). Mendengar ucapan tamu tadi kepala suku menjawab, ”kalau demikian, negeri ini kita beri nama Mukomuko”
Semoga artikel ini memuaskan dahagamu akan kisah misteri ya !!!
Baca Juga :
DIBALIK MISTISNYA BUNGA KAMBOJA TERNYATA BANYAK MANFAATNYA JUGA
Komentar
Posting Komentar