INIHANTU - MISTERI MAKAM KEMANGI DESA JUNGSEMI KENDAL
MISTERI MAKAM KEMANGI DESA JUNGSEMI KENDAL
INIHANTU | MISTERI MAKAM KEMANGI DESA JUNGSEMI KENDAL | Nama Kendal diambil dari nama sebuah pohon, yakni Pohon Kendal. Pohon yang berdaun rimbun itu sudah dikenal sejak masa Kerajaan Demak pada tahun 1500 - 1546 Masehi, yaitu pada masa Pemerintahan Sultan Trenggono.
Menurut kisah, Sunan Katong pernah terpana memandang keindahan dan kerindangan pohon kendal yang tumbuh di lingkungan sekitar.
Sambil menikmati pemandangan pohon Kendal yang tampak 'sari' itu, beliau menyebut bahwa di daerah tersebut kelak bakal disebut "Kendalsari".
Pohon besar yang oleh warga masyarakat disebut-sebut berada di pinggir Jalan Pemuda Kendal itu juga dikenal dengan nama Kendal Growong, karena batangnya berlubang, atau growong.
Selain petilasan yang bersejarah itu, Kendal memiliki peninggalan lain yang memiliki kisah sejarah menarik, yakni petilasan Makam Kemangi di wilayah Weleri, Kendal.
Makam Kemangi di Desa Jungsemi, Kecamatan Kangkung, Kendal memiliki banyak cerita misteri sulit diterima akal sehat. Seperti salah satunya banyak orang tersesat dan dikaitkan dengan keberadaan makam itu.
Di makam Kemangi itu juga terdapat sebatang pohon besar dan misterius yang sudah berusia ratusan tahun. Konon, pohon itu pernah tumbang diterpa angin kencang. Banyak warga yang menyaksikannya.
Keesokan harinya, warga berdatangan ke makam. Mereka berniat memangkas pohon yang tumbang tersebut. Agar tidak mengganggu areal makam.
Warga membawa alat seperti gergaji, kapak dan parang labung. Tapi warga kaget, karena pohon itu justru kembali berdiri tegak. Kondisinya juga masih utuh.
Juru Kunci Makam Kemangi, Kiai Kasturi bercerita tentang keramatnya Makam Kemangi. Memang tak sedikit orang tersesat saat masuk Dukuh Srandu, Desa Jungsemi.
“Mereka biasanya ditolong warga dan diantarkan sampai keluar jalan Desa Jungsemi,” ceritanya.
Menurutnya, mereka yang tersesat kemungkinan tidak tahu arah desa. Sehingga berputar-putar terus kembali di jalan yang sama. Atau kurang sopan santun sehingga disesatkan oleh jin.
“Makanya saya pesan, kemana pun pergi, khususnya masuk Desa Jungsemi, harus dengan niatan baik,” ujarnya.
Makam tersebut dianggap warga sebagai makam keramat dan memiliki karomah tersendiri. Bahkan ia mengalami sendiri. Kala itu warga sedang membangun masjid, dirinya ditunjuk sebagai ketua panitia. Namun dalam pembangunan terkendala dana.
Tiba-tiba ada seseorang datang ke rumahnya. Mengatakan bahwa ada kiriman semen satu truk. Namun truk tidak bisa masuk desa. Ia diminta mengambilnya. Padahal Kasturi merasa tidak pernah memesan semen. Terlebih dalam jumlah truk penuh hingga ratusan sak semen.
“Saya kan cuma petani, dari mana saya dapat uang dan bisa pesan semen segitu banyak,” katanya.
Ia lantas meminta dua orang mengecek ke lokasi. Dengan diantarkan seseorang yang misterius tadi. Sesampainya di lokasi, pesanan semen tersebut atas nama Kiai Kasturi untuk pembangunan masjid Jungsemi.
“Anehnya orang yang mengantar tadi menghilang, entah ke mana,” tandasnya. Ada juga cerita warga yang hilang. Saat ditemukan sudah meninggal. Jasadnya ditemukan di sekitar makam. Menurut Kasturi, itu adalah ulah jin.
“Warga tersebut sebelum mati sempat hilang tenggelam di laut. Jasadnya ditemukan warga di sekitar makam,” tandasnya.
Wahyudi, warga Brangsong, mengaku pernah tersesat saat masuk di Jungsemi. Kala itu ia sedang meliput penemuan mayat atas kejadian orang hilang di Desa Jungsemi. Saat akan pulang, dirinya berjam-jam melewati di jalan yang sama.
“Menurut saya, jalannya sudah benar. Tapi saat belok, tiba-tiba kembali di titik yang sama. Terus seperti itu hingga berkali-kali. Saat itulah saya sadar, jika saya sedang tersesat,” katanya.
Ia pun lantas bertanya pada salah seorang warga. Oleh warga, dia diantar sampai keluar jalan desa. “Itu pengalaman di Makam Kemangi,” tambahnya.
Di kutip dari VIVA Selain itu Kiai Saturi, ketika ditemui menceritakan juga tentang, lokasi yang sekarang menjadi kuburan, dulu memiliki nilai sejarah yang berhubungan dengan serangan Sultan Agung, raja Mataram Islam ke Batavia.
“Dulu, tempat itu untuk berkumpulnya tokoh-tokoh, mereka rapat untuk mengatur strategi penyerangan ke Batavia,” ujar Kiai Saturi.
Lantas, Saturi menceritakan kisah selengkapnya. Ketika Sultan Agung memutuskan perang terhadap Belanda di Batavia, semua adipati, tumenggung, dan para pembesar kerajaan dipanggil pada suatu pertemuan agung di Kerajaan Mataram yang dipimpin langsung oleh Sultan.
Setelah melalui perapatan, serta saran-saran dari para adipati, atau pun para pembesar kerajaan, maka keputusan akhirnya Mataram menyatakan perang terhadap Belanda di Batavia.
“Pimpinan perang pun diputuskan, dan diputuskan juga panglima perangnya, yaitu Tumenggung Bahurekso, Adipati Kendal, dan Gubernur Pesisir Laut Jawa,” ungkapnya.
Bahurekso memutuskan bahwa tempat pertemuan, atau paseban persiapan perang tidak dilakukan di pendopo kabupaten, tetapi di sebuah tempat yang dekat dengan pantai.
Oleh para peserta pertemuan akhirnya disepakati bahwa tempat pertemuannya harus dirahasiakan. Tempat yang dipilih, ternyata di tengah hutan, atau persawahan. Tepatnya di bawah pohon yang rindang. Pohon itu sekarang ini dikenal dikenal dengan nama pohon kemangi. correcto
Semoga artikel ini memuaskan dahagamu akan kisah misteri ya !!!
Baca Juga :
GUNAKAN PESUGIHAN UNTUK MENARIK PASIEN, RS INI JADI ANGKER
Komentar
Posting Komentar