INIHANTU - FAKTA RUNTUHNYA KEKAISARAN PERSIA PERTAMA
FAKTA RUNTUHNYA KEKAISARAN PERSIA PERTAMA
INIHANTU | FAKTA RUNTUHNYA KEKAISARAN PERSIA PERTAMA | Kekaisaran manakah yang terbesar sepanjang masa? Kemungkinan kita akan menjawab Romawi, Yunani, atau mungkin bangsa Mongol. Faktanya, kekaisaran yang bisa dibilang paling kuat sepanjang masa bukanlah salah satu dari mereka melainkan Kekaisaran Persia pertama, yang juga dikenal sebagai Kekaisaran Akhemeniyah, yang diperintah di bawah Koresh II (Koresh Agung), yang dikenal sebagai Raja Para Raja.
Kaum Akhemeniyah terkenal karena kebaikan dan toleransi beragama serta kekejaman mereka yang mengerikan. Apakah keduanya benar, atau apakah salah satunya hanya propaganda dari musuh politik mereka? Baca terus untuk mengetahui kebenaran yang sesungguhnya.
1. Asal mula Kekaisaran Akhemeniyah
Pada abad keenam SM, Persia berubah dari negara kecil menjadi kekaisaran terbesar yang pernah ada di dunia hingga saat itu. Sebagaimana dijelaskan Ancient History Encyclopedia, pada saat itu, kaum Akhemeniyah adalah penguasa sebuah kota kecil di pegunungan Iran yang dikenal sebagai Anshan.
Kekuasaan kekaisaran besar pertama di Semenanjung Iran adalah Media, bersama dengan orang Babilonia, yang memainkan peran sentral dalam kekuasaan penguasa sebelumnya di daerah itu, Kekaisaran Asyur.
Sekitar 550 SM, putra raja Persia dari Kambisus I yang bernama Koresh Agung memimpin pemberontakan melawan Media, ia berhasil mengambil kendali ibu kota dan mengklaim kekaisaran. Tak lama kemudian, putra Kambisus ini memimpin dinasti Kekaisaran Persia pertama, dikenal sebagai AkhemeniyahAkhemeniyah .
Setelah mengambil kendali Kekaisaran Media, Koresh ingin menaklukan seluruh negeri di timur Mediterania secara sistematis, diantaranya Lydia di Asia Kecil dan Babilonia. Kekaisaran Akhemeniyah membentang dari Libya hingga India, dari Laut Hitam hingga Kush. Pada tingkat terbesarnya, itu mencakup lebih dari dua juta mil persegi dan menampung lebih dari 40 persen populasi dunia.
2. Kebijaksanaan seorang tiran, Koresh Agung
Menurut musuh mereka, yakni orang Yunani, bangsa Akhemeniyah digambarkan sebagai kaum yang kejam, haus darah, dan rakus. Namun, kaisar Akhemeniyah pertama, Koresh Agung, dikenal sebagai orang yang sangat peduli dan murah hati, tidak hanya di antara orang Persia tetapi juga semua penakluk dunia yang mengenalnya.
Menurut Ancient History Encyclopedia, catatan sejarah dan karya Raja Akhemeniyah tertulis pada artefak yang dikenal sebagai Cyrus Cylinder, yang menceritakan proyek pekerjaan dalam masa pemerintahannya dan upaya kemanusiaannya, serta visinya yang memberikan kebebasan dan hak asasi manusia selama mereka menjunjung tinggi perdamaian.
Koresh Agung mendukung inovasi teknologi untuk membantu rakyatnya. Sebagian besar wilayah yang diambil alih oleh Persia memiliki sedikit akses sumber air bersih, untuk mengatasi hal ini, Koresh meminta para insinyurnya untuk mengembangkan teknik kuno Kerajaan Asyur yang dikenal sebagai qanat. Koresh juga mengembangkan lemari es awal, mendirikan sistem pos penjagaan yang begitu efisien.
3. Birokrasi hierarki Kekaisaran Akhemeniyah
Kesulitan memiliki kerajaan terbesar dalam sejarah adalah memerintah orang-orang yang tersebar secara geografis dan beragam etnis dari satu ibu kota yang terpusat. Akibatnya, Ancient History Encyclopedia mengatakan bahwa Koresh II melembagakan birokrasi hierarki, di mana berbagai wilayah Kekaisaran Persia pertama akan dikelola oleh gubernur setempat yang dikenal sebagai satraps.
Satraps diberi tugas untuk mengurus administratif, sedangkan komandan militer akan ditempatkan di setiap provinsi untuk menangani urusan militer dan penjaga perdamaian. Pembagian birokrasi ini untuk mencegah korupsi seorang pemimpin provinsi, atau mencegah pemberontakan melawan kekaisaran. Metode ini berkontribusi pada stabilitas Kekaisaran Akhemeniyah.
ThoughtCo mencatat bahwa raja Persia Darius I memiliki daftar satraps selama pemerintahannya dalam sebuah dokumen autobiografi yang dikenal sebagai Prasasti Behistun. Menurut Darius, provinsi di bawah komandonya adalah Babilonia, Asyur, Arab, Mesir, Armenia, Media, dan beberapa tempat lainnya.
4. Koresh Agung disebutkan dalam Alkitab
Peran Raja Koresh Agung diungkap dalam Alkitab, di mana dia dipuji sebagai penyelamat bangsa Israel dan satu-satunya non-Yahudi yang dirujuk dalam Alkitab sebagai seorang mesias, yaitu, "Yang diurapi Allah." Seperti yang dijelaskan Jewish Virtual Library, alasannya karena sebelum Koresh berhasil menaklukan dunia, orang-orang Yahudi ditawan oleh orang Babilonia, yang telah mengepung Yerusalem dan menghancurkan Kuil Sulaiman.
Setelah Koresh menaklukkan Babilonia, dia mengembalikan orang-orang Yehuda ke tanah air mereka dan menyuruh mereka membangun kuil baru. Kebijakan toleransi beragama Koresh Agung ini mendorong orang-orang Yahudi untuk mempraktikkan ibadah mereka secara bebas tanpa adanya pertentangan.
Namun, penting untuk diingat bahwa dukungan dan pembelaan Koresh terhadap orang-orang Yahudi karena alasan keyakinan zoroastrianisme yang dianut Koresh Agung sendiri.
5. Bangsa Persia menciptakan sistem perpajakan
Seperti yang dijelaskan dalam Encyclopedia Iranica, Darius I, yang dikenal sebagai Darius Agung, melembagakan sistem yang sistematis dan teregulasi di kekaisaran Persia, yang akhirnya memengaruhi konsepsi perpajakan modern. Prasasti Behistun menjelaskan bagaimana Darius memulai sistem barunya pada 519 SM, dan kekaisaran dibagi menjadi distrik pajak.
Masing-masing kabupaten ini kemudian diukur luas wilayahnya dan diklasifikasikan menurut jenis tanaman dan hasil panen, yang menentukan ukuran dan kekayaan setiap kabupaten. Lalu, setiap kabupaten harus membayar pajak perak yang sebanding dengan rata-rata hasil panen selama beberapa tahun.
Misalnya, Babilonia dan Mesir dikenal karena kekayaannya, mereka pun diharuskan membayar pajak lebih besar daripada provinsi lain. Faktanya, keduanya sangat terkenal karena produksi tanamannya sehingga selain pajak perak, mereka juga diharuskan untuk memasok biji-bijian dalam jumlah besar sebagai sumber makanan bagi tentara yang ditempatkan di wilayah tersebut. India, yang terkenal dengan jumlah emasnya, membayar para penguasa Akhemeniyah dengan emas.
6. Sejarah orang Majus dalam Kekaisaran Persia
Kata "Majus" terkenal di Alkitab karena keterkaitannya dengan Yesus. Namun, kata "Majus" sebenarnya merujuk pada kelompok imigran dalam Kerajaan Persia yang sangat terkait dengan kasta pendeta Zoroastrianisme, sehingga kata magus berarti "penyihir" dan merupakan akar dari kata "sihir" dalam bahasa Inggris.
Seperti yang dijelaskan Ancient Origins, orang Majus pada awalnya adalah suku Median yang ditaklukkan oleh Koresh Agung, yang akhirnya menjadi orang Persia. Beberapa dari mereka berprofesi sebagai pemimpin agama, lalu di situlah sebutan orang Majus tercipta. Ketika raja Kambisus membunuh saudara laki-lakinya sendiri dan pewaris Smerdis, orang Majus menutupi kematian Smerdis dengan membawa orang yang mirip ke atas takhta. Tetapi, Darius mengetahuinya dan membunuh si penipu serta orang Majus, lalu mengambil alih kerajaan.
Meskipun sangat mungkin bahwa Darius membunuh Smerdis sendiri dan menjadikan orang Majus sebagai kambing hitam politiknya. Setelah Darius membantai setiap pendeta dan kasim Magian di istana, orang Persia pun mengikuti aksinya dengan membunuh setiap orang Majus yang mereka temui. Yang lebih parah, Pembantaian Orang Majus menjadi hari libur tahunan, ditandai dengan pesta dan kejahatan rasial.
Mayoritas informasi tentang Kekaisaran Akhemeniyah berasal dari penulis non-Persia, terutama sejarawan Yunani seperti Herodotus, Plutarch, dan Strabo. Tetapi sejarawan beranggapan bahwa tulisan mereka bisa saja dilebih-lebihkan mengingat Yunani adalah musuh Persia. Misalnya, mereka mengatakan bahwa orang Persia itu kejam dan suka berdusta. Satu cerita yang menyoroti dugaan kekejaman atas ketidakjujuran orang Persia muncul dalam sejarah Herodotus.
Selama pemerintahan Kambisus II, raja Akhemeniyah kedua, ada seorang hakim kerajaan yang korup bernama Sisamnes yang dinyatakan bersalah karena menerima suap dan mengeluarkan keputusan yang tidak jujur. Sebagai hukuman, Kambisus menghukum Sisamnes untuk dikuliti hidup-hidup dan menjadikan kulitnya sebagai lapisan kursi tempat Sisamnes memproklamirkan keputusannya.
Kambisus kemudian menunjuk putra Sisamnes, Otanes, sebagai hakim baru untuk menggantikan ayahnya, ia harus duduk di kursi yang terbuat dari kulit ayahnya sebagai pengingat akan tanggung jawab yang menyertai posisinya.
Menurut Livius.org, dalam History of the Persians oleh Ctesias, Sogdianus adalah saudara tiri Xerxes II, pewaris sah Artahsasta. Sogdianus membunuh Xerxes II saat dia mabuk, hanya 45 hari setelah pemerintahannya. Sogdianus pun naik takhta, tetapi pemerintahan tidak lama juga.
Saudara tiri lainnya, bernama Ochus, yang pangkatnya lebih tinggi daripada Sogdianus, merasa iri karena tidak menjadi raja. Ochus bersekongkol untuk menggulingkan Sogdianus dan menamai dirinya Raja Darius II Nothus, enam bulan setelah pemerintahan Sogdianus.
Sebuah buku deuterokanonika dari Alkitab memberikan informasi terkait kematian Sogdianus. Menurut 2 Makabe, orang Persia memiliki menara setinggi 75 kaki yang dipenuhi abu, dengan lubang yang curam dan sempit di bagian atasnya. Para tawanan akan didorong ke dalam abu dari lubang ini, dan algojo akan memutar roda dari luar untuk mengaduk abu. Pada akhirnya, para tawanan, bahkan raja akan mati lemas oleh abu yang terus berputar-putar.
Selama masa pemerintahan Darius Agung, saat Kekaisaran Akhemeniyah berada dalam puncaknya, Persia mulai berekspansi ke daratan Eropa. Sebagaimana dijelaskan Ancient History Encyclopedia, hal ini menyebabkan wilayah Yunani seperti Ionia, Thrace, dan Makedonia berada di bawah kendali Persia pada awal abad kelima SM. Dengan penaklukan itu, Darius berencana untuk menaklukkan sisa Yunani.
Pada 491 SM, Darius mengirim duta besar untuk meminta orang Yunani tunduk pada otoritas Persia. Tetapi, orang-orang Yunani malah mengeksekusi para duta besar ini, lalu negara-kota Athena dan Sparta yang dahulu bertolak belakang, justru membentuk aliansi untuk melindungi Yunani.
Menanggapi kemarahan ini, Darius mengirim 600 kapal dan 25.000 tentara untuk menyerang pulau-pulau Yunani yang dikenal sebagai Cyclades. Invasi ini dan yang berikutnya oleh penerus Darius Xerxes menyebabkan kampanye yang dikenal sebagai Perang Persia, konflik yang berisi beberapa pertempuran paling terkenal dalam sejarah.
Pertempuran Marathon menjadi kemenangan bagi orang Yunani yang kalah jumlah, dan kemenangan Yunani ini menjadi inspirasi perlombaan maraton modern. Pertempuran Thermopylae pada tahun 300, adalah pertempuran sekelompok kecil Spartan melawan pasukan Persia yang jauh lebih besar, dan Pertempuran Salamis adalah kemenangan angkatan laut Athena yang menjadikan mereka sebagai kekuatan dunia.
Sejarawan Yunani Herodotus mengatakan tentang Pertempuran Thermopylae bahwa tentara Persia menggunakan pasukan elit yang dikenal sebagai Athanatoi, atau "the Immortals." Livius.org mencatat penjelasan Herodotus untuk gelar tersebut, yang merupakan 10.000 prajurit elit. Jika ada seorang prajurit dari unit ini meninggal atau jatuh sakit, dia segera diganti, jadi jumlahnya tidak pernah lebih atau kurang.
Prajurit ini adalah orang-orang Persia kelahiran asli yang dipilih sendiri di bawah komando salah satu satraps Darius. Mereka dilengkapi baju besi terbaik dari seluruh pasukan yang lain.
Herodotus menjelaskan bahwa senjata mereka di antaranya perisai anyaman, busur dengan panah tongkat, tombak pendek, dan pedang pendek yang tergantung di sisi kanan mereka. The Immortals, menurut Herodotus, berhasil menyerang Spartan dari belakang setelah mereka memblokir jalur pantai melalui Thermopylae.
11. Berakhirnya Kekaisaran Persia pertama
Invasi Persia yang gagal ke Yunani pada abad kelima menandai berakhirnya periode kejayaan Akhemeniyah. Menurut catatan Livius.org, kekalahan ini dan provinsi Yunani di daratan Eropa dan Asia Kecil yang mendeklarasikan kemerdekaan, menandai pergeseran Kekaisaran Persia dari yang ekspansionis menjadi lebih statis.
Namun demikian, Xerxes berhasil menyatukan kekaisaran dan menjaganya tetap stabil selama periode transisi ini, dan Akhemeniyah masih menjadi negara paling kuat di dunia selama beberapa generasi. Tetapi, pada abad keempat SM, perang saudara pecah di antara dinasti Akhemeniyah, dan Persia sulit mempertahankan penaklukannya atas Yunani dan kehilangan wilayah Mesir untuk sementara waktu.
Kematian Artahsasta III menyebabkan krisis suksesi di Persia ketika Artahsasta IV diusir oleh Darius III, seorang kerabat jauh. Banyak satrap memberontak akibat krisis ini, dan Darius memfokuskan diri untuk menumpas pemberontakan tersebut. Hal ini membuka peluang bagi seorang anak muda bernama Alexander Agung untuk mengalahkan Darius dan menjadi raja Akhemeniyah yang terakhir. Setelah kematian Alexander, Kekaisaran Persia terpecah, dan berubah menjadi Kekaisaran Seleukia.
Dimulai dari kekuasaan kecil hingga berhasil menaklukan banyak wilayah berpengaruh. Nah, sebelas poin di atas tentang Akhemeniyah semoga bisa menambah wawasanmu ya...
Semoga artikel ini memuaskan dahagamu akan kisah misteri ya !!!
Komentar
Posting Komentar