INIHANTU - SEKILAS TENTANG RAYMOD WESTERLING KAPTEN BELANDA

SEKILAS TENTANG RAYMOD WESTERLING KAPTEN BELANDA

INIHANTU | SEKILAS TENTANG RAYMOD WESTERLING KAPTEN BELANDA | Raymond Westerling adalah bekas Komandan Pasukan Khusus Belanda Depot Speciale Troepen dengan pangkat terakhir Kapten. Namanya lebih dikenal sebagai pemimpin algojo atas pembantaian ribuan orang-orang pro Republik di Sulawesi Selatan yang konon memakan korban 40.000 jiwa menurut sebuah sumber. Dia juga dikenal sebaga otak dan penggerak dari Pemberontakan Angkatan Perang Ratu Adil (APRA) di Bandung dan Jakarta.

Westerling yang keturunan Belanda, lahir besar di Turki. Ayahnya pedagang barang antik. Dia bersekolah di Turki. Dia beru meninggalkan Turki di usia 19 tahun. Ayahnya sempat melarangnya masuk militer namun dia nekat. Semula ikut pasukan Australia di sekitar Timur Tengah di awal Perang Dunia II. Setelah itu dia berangkat ke Kanada dan mulai bergabung dengan Tentara Belanda disana. Di mana Westerling mendapatkan pendidikan dasar militernya di sana. Dalam rangka penyerbuan ke Eropa, Westerling dilatih di sebuah kamp di pinggiran sebuah kota di Inggris sebagai pasukan khusus. Dia menguasai ilmu gulat dan membunuh senyap. Dengan pangkat kopral dia sempat menjadi asisten pelatih untuk dua keahlian itu.

Dia dikirim ke Belanda sebagai Sersan Komando. Dia pernah terluka di Front Eropa. Jelang berakhirnya Perang Dunia II, di tahun 1945, Westerling dikirim ke Srilangka sebagai Letnan untuk operasi pendaratan pasukan Sukutu di Sumatra. Bersama rombongan Letnan Brondgeest, Weterling mendarat dengan terjun payung di Medan. Dia ikut membebaskan tawanan perang Belanda di sana. Westerling lalu dikirim ke Jakarta untuk melatih pasukan komando KNIL. Dia melatih seratus orang pasukan komando yang terdiri orang Belanda dan orang Indonesia dalam KNIL. Pasukannya diujikan dalam Kampanye Pasifikasi yang membunuh banyak nyawa di Sulawesi Selatan. Setelah itu dia kembali ke Jakarta dan ikut melatih pasukan di Batujajar. Di tahun 1948 dia mundur dari KNIL. Setelah kabur dari kejaran pemerintah Indonesia, Westerling pernah menjadi pedagang buku loak dan penyanyi.

Tanggal 11 Desember diperingati sebagai Hari Korban Westerling. Mengapa diperingati? Letnan Westerling hadir di Makassar dengan membawa 123 orang serdadu. Spesifikasi mereka adalah pasukan khusus. Segera beberapa kesatuan Belanda yang lain dijadikan satu. Tujuannya penumpasan pemberontak.

Yang disebut pemberontak itu adalah tokoh-tokoh setempat yang terang-terangan menyatakan bagian dari Republik Indonesia. Mereka melawan kekuasaan Belanda yang ingin terus bercokol di bekas Hindia Belanda.

Begitu tiba tanggal 5 Desember 1946, Westerling melakukan penumpasan di sekitar Makassar. Karena tindakannya yang cepat dan banyak korban jatuh, pangkatnya dinaikkan menjadi kapten. Bersamaan itu daerah yang kemudian menjadi Sulawesi Selatan dinyatakan sebagai dalam keadaan bahaya. Pengadilan setempat di lapangan diteruskan Westerling.

Masyarakat dikumpulkan. Daftar "pemberontak" sudah dikumpulkan intel mereka. Mereka dipanggil. Siapa-siapa yang bisa menunjukkan pemberontak yang lain dapat keringanan. Perempuan dan anak-anak disisihkan. Kaum laki-laki yang menurut mereka bersalah atau setengah bersalah segeran darahnya ditumpahkan ke bumi Bugis dan Makassar.

Pembersihan pasukan Westerling dilakukan di empat langkah besar. Pertama, utara-selatan Makassar meliputi Batua, Borong, Kalukuang, Tanjung Bunga, Jongaya, dan sekitarnya. Kedua, pusat laskar di Polombangkeng (Renaya, Ko'mara, Langgese).

Selain pasukan khusus, dikerahkan juga 11 peleton tentara KNIL. Mereka mencari Wolter Monginsidi, Emmy Saelan, dan Ranggong Daeng Romo. Ketiga, Parepare dan sekitarnya, Pinrang, Enrekang, Soppeng, Barru, Suppa, Mandar, Amparita, Tinambung. Keempat, Gowa, dan sekitarnya. Pada tahap kedua, Westerling tidak menemukan Wolter, tapi mendapatkan korban Ranggong Daeng Romo yang menjadi pimpinan laskar setempat.

Wolter bergerak di dalam Kota Makassar. Pada 22 Januari 1947, sekelompok kecil "pemberontak" terkepung di kampung Kasi-kasi di bagian timur Makassar. Seseorang meledakkan granatnya. Jatuh korban jiwa kedua pihak. Peledak granat tersebut ternyata berambut panjang, yang memang dicari-cari pasukan Westerling.

Srikandi tersebut bernama Emmy Saelan, puteri tokoh pergerakan setempat bernama Saelan. Adiknya, kemudian dinikahi oleh M Yusuf, yang waktu itu masih berpangkat letnan atau kapten. Namanya menjadi Elly Yusuf. Adiknya lagi, salah satu aktivis juga bernama Maulwi Saelan. Dia kemudian dikenal sebagai kiper PSM dan PSSI yang terkenal pada masanya. Belakangan, Maulwi menjadi wakil komandan Resimen Cakrabirawa yang menjaga keamanan Presiden Sukarno.

Korban banyak juga di tahap ketiga. Tokoh Andi Makkasau, Andi Abdullah Bau Massepe, dan tokoh-tokoh yang lain dihilangkan nyawanya. Korban yang banyak itu dilaporkan kepada Presiden Sukarno di Yogyakarta. Rombongan yang melapor dipimpin Kahar Muzzakar, dengan membulatkan angka korban menjadi 40 ribu. Angka resmi yang diakui Westerling kepada pemerintahnya adalah 600 jiwa. Pemerintah Belanda (1969) mengakui korban Westerling 3.000-an. Angka tersebut menjadi perdebatan yang belum ada ujungnya.

Karena dianggap sukses, Jenderal Spoor menarik Westerling dari Makassar pada 21 Februari 1947. Mereka pesta pora melakukan teror, penyiksaan, dan pembunuhan dalam waktu hanya 78 hari. Akibat traumatiknya berlangsung lama.

Tindakan kekerasan Westerling itu adalah resmi. Westerling disetujui oleh Jenderal Spoor dan Wagub Jenderal van Mook. Kedua petinggi tersebut patut dipersalahkan. Tidak hanya itu, sangat layak bila Pemerintah Belanda diadili secara terbuka di Indonesia meski hanya dilakukan oleh masyarakat, bukan pengadilan resmi.

Pemborontakan APRA

Mengaku punya pengikut ratusan ribu, Westerling membentuk Angkatan Perang Ratu Adil (APRA), APRA akan menyerang Jakarta dari Bandung. Markas tentara Siliwangi di Bandung diserang, hampir 100 anggota TNI gugur termasuk Letkol Lembong. Aksi berlangsung tanggal 23 Januari 1950. Di pihak APRA tidak jatuh korban.

Untuk menyerang Jakarta, Westerling konon mengajak serta Sultan Hamid II, penguasa kesultanan di Pontianak, yang di dalam pemerintah federal RIS memegang posisi penting.

Aksi APRA di Jakarta juga gagal. Ajakan kerja sama dengan DI/TII (Darul Islam/Tentara Islam Indonesia) dan pasukan liar eks-KNIL yang diharapkan, ternyata tidak muncul. Westerling sempat menyusul ke Jakarta untuk kemudian bertemu Sultan Hamid II.

Dikabarkan, Sultan Hamid II marah kepada Westerling. Sultan Hamid II kemudian diadili dan dihukum penjara 10 tahun pada 8 April 1950. Dalam buku biografi Westerling memang disebutkan harapannya, Sultan Hamid II supaya memimpin kudeta. Sultan Hamid kurang berminat.

Setelah menyerang Bandung, pasukan Westerling di bawah komando Sersan Meijer, berencana menyerang Sidang Dewan Menteri Republik Indonesia Serikat di Jakarta. Meijer berencana membunuh sejumlah tokoh, yaitu Menteri Pertahanan Sri Sultan Hamengku Buwono IX, Sekretaris Jenderal Kemenhan Ali Budiardjo, serta Kastaf TNI Kolonel Tahi Bonar Simatupang.

Fasilitas Pemerintah Belanda di Jakarta diam-diam diberikan kepada Westerling. Dengan cepat Westerling dipersiapkan meninggalkan Jakarta. Dia dibuatkan paspor palsu. Pesawat amfibi Catalina membawanya mendarat di laut dekat Singapura. Menurut pengakuan Westerling, pelampung yang digunakannya bocor, lalu dibantu oleh oganisasi Cina pro-Belanda. Dia ditangkap di Singapura. Pada 21 Agustus 1950 Westerling bebas terus pergi ke Belgia.

Semoga artikel ini memuaskan dahagamu akan kisah misteri ya

Komentar

Postingan populer dari blog ini

INIHANTU - KISAH MISTERI DAN LEGENDA SRIGATI NGAWI

INIHANTU - KISAH HOROR LEGENDARIS SMA TUGU MALANG

INIHANTU - MITOS DAN MISTERI KUDA KEPANG