INIHANTU - SEJARAH MAKAM TROYOLO
INIHANTU | SEJARAH MAKAM TROYOLO | Kompleks Makam Troloyo di Desa Sentonorejo, Kecamatan Trowulan adalah salah satu destinasi wisata religi di Kabupaten Mojokerto.
Pemakaman muslim itu tergolong cukup unik, karena berada di tengah situs-situs peninggalan Kerajaan Majapahit yang notabene bercorak Hindu-Buddha. Konon, makam ini juga diperuntukkan bagi tempat bersemayamnya keturunan bangsahan era Majapahit.
HAMPIR setiap hari, Makam Troloyo nyaris tidak pernah sepi. Tarutama pada hari pasaran Jawa tertentu, banyak dikunjungi para peziarah. Salah satu tujuan utamanya tak lain adalah Makam Syekh Jumadil Kubro atau yang dikenal sebagai punjer Wali Songo.
Sejarawan Mojokerto Ayuhanafiq, menceritakan, ramainya peziarah di Makam Troloyo telah terjadi sejak lama. Setidaknya, catatan awal tentang suasana makam tersebut pernah tertulis dalam buku Life in Java yang terbit tahun 1864.
Yuhan menyatakan, dalam buku karangan Wiliam Barrington d’Almedia menceritakan tentang pengalaman si penulis ketika berkunjung ke kompleks Makam Troloyo. Pada pertengahan abad ke-19 itu, tertulis luas area makam 3,5 akre atau sekitar 1,4 hektare.
”Saat itu, Makam Troloyo disebut sebagai Kuburan Plataran (Koobooran Plataharan),” paparnya. Dengan luas tersebut, maka Troloyo menjadi kompleks pemakaman terbesar di tanah Jawa kala itu. Yuhan merincikan, di area makam memiliki empat plataran atau kompleks makam yang cukup luas. Sedangkan dua lainnya memiliki luasan yang lebih kecil.
Masing-masing kompleks pemakaman dikelilingi dengan tembok berbahan batu bata. Tembok khas Majapahit tersebut terlihat kukuh dengan tinggi sekitar 1,8 meter. Pada setiap plataran terdapat akses pintu masuk. ”Antar-kompleks makam dihubungkan dengan jalan setapak,” bebernya.
Dari bentuk makam, sangat terlihat jelas jika kompleks makam tersebut merupakan tempat pemakaman orang Islam. Itu ditandai dengan banyaknya nisan di masing-masing kompleks makam.
Yuhan menyatakan, tidak sembarang orang dapat dimakamkan di Troloyo. Sebab, lokasi tersebut dikhususkan untuk tempat bersemayamnya orang yang memiliki hubungan trah dengan Majapahit.
”Salah seorang yang dimakamkan terakhir di sana (Makam Troloyo, Red) adalah Pangeran Mojoagung tahun 1820 an,” paparnya. Dalam buku Life in Java juga merincikan, dari sejumlah kompleks makam di Troloyo tersebut, terdapat satu plataran yang paling luas sekitar 10,6 meter persegi.
Dia menjelaskan, kompleks makam itu memiliki desain bangunan beratap atau yang dikenal sebagai cungkup. Di samping itu, lantai di area makam terbuat dari susunan batu bata. ”Bisa jadi, kompleks makam bercungkup adalah makam Syekh Jumadil Kubro. Plataran makam tersebut merupakan yang paling banyak dikunjungi peziarah sejak saat itu,” tandasnya.
Keberadaan makam Islam di tengah-tengah situs warisan kebudayaan Majapahit yang bercorak Hindu-Budha menunjukkan keunikan tersendiri. Makam Islam yang diperuntukkan bagi trah Majapahit ini berada di Trowulan, daerah yang menurut tinjauan sejarah merupakan pusat Kerajaan Majapahit di masa silam.
Dihimpun dari berbagai sumber, pada zamannya, kompleks pemakaman di Desa Sentonorejo, Kecamatan Trowulan, Kabupaten Mojokerto ini merupakan pemakaman paling luas di Pulau Jawa.
Selain trah Kerajaan Mataram, di kompleks pemakaman ini pula dikebumikan Syekh Jumadil Kubro, nenek moyang dari Walisongo. Makam Troloyo selalu ramai dikunjungi para peziarah sejak ratusan tahun silam.
Kata Troloyo berasal dari dua suku kata dalam bahasa Jawa. Ketika dialihbahasakan ke bahasa Indonesia, Troloyo berarti tempat untuk orang mati.
Pada masa ketika pengaruh Majapahit sangat kuat, makam Troloyo sudah dimuliakan oleh penduduk setempat. Makam Troloyo merupakan makam untuk orang islam sejak zaman Kerajaan Majapahit.
Buku Life in Java (1864) karya Wiliam Barrington dAlmedia mencatat keberadaan makam ini. Ia menceritakan pengalamannya mengunjungi kompleks makam Troloyo ketika berkunjung ke Mojokerto. Dalam buku itu tercatat luas area pemakaman diperkirakan 1,4 hektare.
Dihimpun dari berbagai sumber, saat itu kompleks pemakaman Troloyo menjadi kompleks pemakaman terbesar di Pulau Jawa. Makam Troloyo memiliki empat plataran atau empat kompleks makam yang cukup luas.
Masing-masing kompleks dikelilingi oleh tembok khas Majapahit. Tembok yang terbuat dari batu bata itu berdiri setinggi 1,8 meter.
Antara kompleks satu dengan kompleks yang lain dihubungkan dengan jalan setapak yang melambangkan keterhubungan antarkompleks. Dilihat dari bentuk makamnya, kompleks makam Troloyo sejak mula diperuntukkan bagi orang Islam.
Hal ini ditandai dengan terpasangnya nisan-nisan di banyak makam di kompleks pemakaman Troloyo. Kendatipun demikian, tidak semua orang islam bisa dimakamkan di Troloyo.
Pemakaman ini dikhususkan untuk tempat bersemayam orang-orang yang memiliki hubungan darah atau termasuk trah Kerajaan Majapahit.
Semoga artikel ini memuaskan dahagamu akan kisah misteri ya
SUMBER: MERDEKA
Baca Juga :
MEMBONGKAR MISTERI MAKAM JENGHIS KHAN
Komentar
Posting Komentar