INIHANTU - PENEMUAN FOSIL YANG MENGUBAH TEORI EVOLUSI MANUSIA

PENEMUAN FOSIL YANG MENGUBAH TEORI EVOLUSI MANUSIA

INIHANTU | PENEMUAN FOSIL YANG MENGUBAH TEORI EVOLUSI MANUSIA | Penemuan sebuah fosil mirip jejak kaki manusia di Kreta, Yunani, bisa mengubah segala teori tentang awal munculnya manusia.

Masalahnya, fosil tersebut berusia 5,7 juta tahun atau dari masa Miosen. Pada waktu itu, berdasarkan penelitian para ahli paleontologi, bentuk manusia masih mirip dengan kera dan mereka masih tinggal di Afrika, belum menjelajah dunia.

Fosil yang ditemukan di daerah Trachilos, bagian barat Kreta, menunjukkan bahwa si pemilik kaki sudah berdiri tegak dan bentuknya nyaris menyerupai telapak kaki manusia saat ini, dengan sol panjang, lima jari pendek--termasuk sebuah jempol--, dan tanpa cakar.

Daily Mail (1/9/2017) menambahkan, ada bentuk "bola" pada telapak kaki tersebut yang tidak akan ditemukan pada jejak kera.

Bentuk kaki seperti itu hanya dimiliki oleh manusia.

Sebagai perbandingan, menurut news.com.au, Kera Besar memiliki jejak kaki yang lebih mirip jejak tangan manusia. Evolusinya menjadi seperti kaki manusia modern seperti saat ini baru terjadi 4 juta tahun lalu.

Dipaparkan Phys.org, sejak penemuan fosil-fosil Australopithecus di Afrika Selatan dan Timur pada pertengahan abad ke-20, nenek moyang manusia diduga berasal dari Afrika.

Penemuan fosil terbaru di kawasan yang sama, termasuk jejak kaki Laetoli berusia 3,7 juta tahun yang menunjukkan kaki seperti manusia dan makhluk bergerak tegak, mendukung teori bahwa hominin (anggota awal garis keturunan manusia) tak hanya berasal dari Afrika tetapi bertahan berjuta-juta tahun di sana sebelum menyebar ke Eropa dan Asia.

Namun penemuan yang telah dipublikasikan pada edisi terbaru Proceedings of the Geologists' Association ini bisa mengubah segalanya.

"Hal kontroversial adalah usia dan lokasi jejak kaki ini," kata Professor Per Ahlberg dari Uppsala University, salah satu penulis studi terbaru tersebut.

Dengan usia sekitar 5,7 juta tahun, kaki itu lebih muda dari fosil tertua hominin, Sahelanthropus dari Chad, dan seusia dengan Orrorin dari Kenya, tetapi sekitar satu juta tahun lebih tua dari Ardipithecus ramidus yang memiliki kaki mirip kera.

Hal ini bertentangan dengan hipotesis bahwa Ardipithecus adalah nenek moyang langsung dari hominin yang hadir kemudian, termasuk manusia.

Lebih jauh lagi, hingga tahun ini, semua fosil hominin yang lebih tua dari 1,8 juta tahun berasal dari Afrika, sehingga para ahli berkesimpulan di benua itulah mereka berevolusi.

Penemuan terbaru ini juga terjadi hanya beberapa bulan setelah studi lain melaporkan penemuan fosil gigi berusia 7 juta tahun di Yunani dan Bulgaria dari kera hominin yang disebut "El Graeco."

Fosil-fosil ini menunjukkan kemungkinan manusia mulai berevolusi di Eropa ratusan ribu tahun sebelum mereka berevolusi di Afrika. Namun, menurut Ahlberg, kehadiran hominid Miosen di Eropa dan Afrika mungkin hanya menunjukkan bahwa kedua benua itu adalah "rumah" kelompok tersebut.

"Pada waktu jejak kaki di Trachilos ini dibuat, Gurun Sahara belum ada; lingkungan seperti sabana membentang dari Afrika Utara hingga Mediterania timur. Saat itu, Kreta juga belum terpisah dari daratan Yunani," jelas para peneliti, dikutip Sci News.

"Jadi tidak sulit untuk melihat bagaimana hominin-hominin awal bisa berpetualang melintasi Eropa tenggara dan Afrika, lalu meninggalkan jejak kaki mereka di perairan Mediterania yang lalu menjadi bagian dari Pulau Kreta."

Ahlberg melanjutkan, apakah komunitas peneliti asal-usul manusia akan menerima fosil jejak kaki ini sebagai bukti konklusif dari kehadiran hominin di Kreta pada masa Miosen, masih menjadi pertanyaan besar.

"Penemuan ini menentang narasi awal evolusi manusia dan sepertinya akan memunculkan banyak perdebatan," tuturnya.

Temuan fosil jari di Arab bisa perjelas awal migrasi manusia

Penemuan potongan fosil berupa tulang jari manusia berusia 85.000 tahun telah memberikan para peneliti petunjuk yang sangat kuat tentang mereka, serta bagaimana manusia modern migrasi keluar dari Afrika ke segala penjuru dunia.

Dilansir CNET, Senin (9/4/2018), fosil tersebut ditemukan di situs Al Wusta, Arab Saudi, wilayah yang kini dikenal sebagai Gurun Nefud. Para peneliti dari Max Planck Institut untuk Ilmu Sejarah Manusia di Jena, Jerman, memperkirakan pemilik tulang jari itu berasal dari benua Afrika.

Fosil tulang jari yang penjangnya hanya 3,2 sentimeter itu diperkirakan milik anggota spesies Homo sapiens pertama dan paling awal yang ditemukan di Semenanjung Arab serta spesimen tertua di luar Afrika.

"Apa yang kami temukan menunjukkan bahwa penyebaran awal Homo sapiens jauh lebih luas daripada yang kita duga," kata penulis utama studi tersebut Huw Groucutt dari Universitas Oxford. "Orang-orang ini membentang jauh ke padang rumput di Semenanjung Arab."

Robyn Inglis, seorang arkeolog di Universitas York, Inggris, yang tak ikut dalam penelitian tersebut, kepada The New York Times (9/4) mengatakan bahwa itu adalah penemuan yang telah lama dinantikan.

Temuan itu, menurut Inglis, memperjelas bahwa manusia menyebar jauh dari Afrika dan Levant--kawasan antara Laut Mediterania dan Gurun Arab Saudi--sebelum 60.000 tahun lalu, waktu yang awalnya banyak dipercaya para ahli karena bukti genetik yang ditemukan menunjukkan demikian.

Secara tradisional, migrasi Homo sapiens dari Afrika digambarkan sebagai eksodus tunggal dari benua yang melewati satu perhentian ke yang berikutnya, seperti jalur kereta api.

Namun, gambaran tersebut dibantah oleh para ahli arkeologi dan paleoantropologi yang mengatakan bahwa perjalanan itu jauh lebih rumit dan mungkin dipenuhi dengan berbagai rute, keberangkatan, dan penundaan.

"Penemuan fosil tulang jari bagi saya adalah seperti mimpi yang menjadi kenyataan karena mendukung argumen yang tim kami telah buat selama lebih dari 10 tahun," kata Michael Petraglia, seorang arkeolog dari Institut Max Planck untuk Ilmu Sejarah Manusia di Jerman.

"Temuan ini, bersama dengan temuan lainnya dalam beberapa tahun terakhir, menunjukkan bahwa manusia modern, Homo sapiens, bergerak keluar dari Afrika beberapa kali dalam banyak kesempatan selama 100.000 tahun terakhir atau lebih," katanya.

Katerina Harvati, direktur paleoantropologi di Universitas Tubingen, Jerman, mengatakan dia akan berhati-hati dalam menetapkan fosil jari secara definitif sebagai identitas Homo sapiens karena fakta bahwa bentuknya tumpang tindih dengan spesies hominin lainnya.

Akan tetapi menurutnya, seperti dikutip Smithsonian (9/4), fosil itu cocok dengan pola penemuan yang lebih besar yang pernah ditemukan di wilayah tersebut. Seperti, tengkorak milik Homo sapiens yang ditemukan di Qafzeh dan Skhul di Israel berumur masing-masing 100.000 tahun dan 120.000 tahun. Serta penemuan tulang rahang manusia berumur sekitar 177.000 tahun di Gua Misliya pada tahun 2018.

Pertanyaan tentang bagaimana manusia meninggalkan Afrika memang telah diperdebatkan sejak dulu. Hipotesis terakhir pernah diajukan oleh para ilmuwan seperti Ernst Haeckel dan disukai oleh banyak antropolog sampai 60 tahun yang lalu. Bahkan beberapa peneliti modern pun masih berdebat mengenai hal tersebut.

Dalam dekade terakhir, beberapa ahli genetika berpendapat untuk peristiwa penyebaran tunggal dari Afrika sekitar 60.000 tahun yang lalu, berdasarkan keragaman genetik menurun pada populasi yang jauh dari Afrika.

Namun pertanyaannya tetap: Bagaimana manusia berhasil bertahan hidup di lingkungan gurun hampir 100.000 tahun yang lalu?

Salah satu kemungkinan adalah pada saat itu daerah tersebut bukanlah gurun. Walau Nefud kini dipenuhi oleh pasir dan batu, pada masa lalu wilayah ini adalah padang rumput, tertutup danau, dan sungai berkat musim panas.

Banyaknya tulang-tulang hewan yang ditemukan di lokasi yang sama, dari ternak liar hingga antelop menunjukkan bahwa makhluk hidup yang tinggal di wilayah itu dulu berlimpah ruah.

Mengutip National Geographic, fosil hewan akuatik dan semi-akuatik, seperti kuda nil, yang ditemukan di Al Wusta menunjukkan bahwa lebih dari 85.000 tahun lalu di daerah itu banyak terdapat danau-danau kecil.

"Penemuan di Arab memperluas area geografis penyebaran awal Homo sapiens, juga mengindikasikan bahwa beberapa kawasan di Arab dulunya cukup 'hijau' dan mendukung keberadaan populasi manusia," kata Rick Potts, ahli paleoantropologi Smithsonian Institution, Rick Potts.

Hasil penelitian tersebut telah dipublikasikan pada jurnal Nature Ecology & Evolution.

Fosil rahang yang dapat mengubah sejarah umat manusia

Sebuah fosil manusia purba yang baru saja ditemukan di Israel, bisa mengubah sejarah manusia. Fosil tersebut menunjukkan bahwa leluhur manusia modern ternyata telah meninggalkan Benua Afrika jauh lebih awal dari yang diperkirakan sebelumnya.

CNN mengabarkan bahwa para ilmuwan tersebut menemukan fosil manusia modern tertua yang pernah diketahui di luar Afrika.

Fosil berupa rahang atas, yang diperkirakan berusia antara 177.000-194.000 tahun tersebut, ditemukan di situs gua prasejarah, Gua Misliya, di kawasan Gunung Carmel, Israel.

Di tempat yang sama juga ditemukan perkakas yang terbuat dari batu, menunjukkan bahwa para manusia purba tersebut senang berburu dan sudah menggunakan api.

Rofl Quam, profesor antropologi dari Binghamton University dan penulis penelitian ini mengatakan, para ilmuwan sekarang memiliki bukti fosil yang meyakinkan bahwa manusia modern menyebar ke luar Afrika lebih awal dari dugaan sebelumnya.

"Sebelumnya ada beberapa perkiraan tentang kemungkinan migrasi awal, berdasarkan situs arkeologi dan penelitian tentang DNA purba," jelasnya. "Namun sekarang kita memiliki fosil manusia yang membuktikan itu."

Fosil yang diberi nama Misliya-1 ini menunjukkan karakteristik yang juga dimiliki oleh manusia sekarang, seperti bentuk gigi yang besar.

Dalam situs EarthSky.org, Prof. Quam menyebutkan bahwa fosil berupa tulang rahang kiri atas yang masih bergigi dari Gua Misliya itu jauh lebih tua daripada spesies Homo sapiens, yang pernah ditemukan di luar Afrika.

Manusia paling awal yang oleh para antropoligi disebut hominid, hidup sekitar 6 sampai 7 juta tahun yang lalu di Afrika. Nenek moyang manusia ini dikenal sebagai anggota keluarga manusia terutama karena tulang-tulang mereka menunjukkan tanda bipedalisme yang jelas, seperti berjalan dengan dua kaki.

Sampai saat ini, para ahli antropologi umumnya berpendapat bahwa Homo sapiens pertama kali muncul sekitar 200 ribu tahun yang lalu di Afrika, berdasarkan penemuan fosil dan dari hasil penelitian genetis.

Dua situs arkeologi di Etiopia, Herto dan Omo Kibish, menjadi tempat ditemukannya fosil Homo sapiens awal yang berumur antara 160 ribu sampai 195 ribu tahun. Hal ini terungkap dalam laporan "The Origin and Evolution of Homo sapiens", yang dipublikasikan dalam situs The Royal Society Publishing.

Akan tetapi, pada bulan Juni 2017, para peneliti menemukan fosil Homo sapiens di situs Jebel Irhoud di Maroko, yang diperkirakan berusia sekitar 315.000 tahun lalu.

Penemuan yang dipublikasikan dalam situs Nature ini kemudian menetapkan fosil itu menunjukkan evolusi Homo sapiens tahap awal, yang memundurkan waktu asal-usul spesies kita 100 ribu tahun ke belakang.

Fosil yang ditemukan di Jebel Irhoud berbeda dengan fosil di Misliya. Kendati ciri tengkoraknya terlihat seperti manusia modern, namun tempat otaknya memanjang, seperti karakteristik khas manusia purba.

Sebelumnya, para ilmuwan mendapati fosil manusia modern awal yang ditemukan di luar Afrika berumur sekitar 90 ribu sampai 120 ribu tahun. Namun fosil manusia modern yang baru ditemukan di Misliya ini berusia antara 177 ribu sampai 194 ribu tahun.

Oleh karena itu, para ilmuwan mengungkapkan bahwa penemuan yang dipublikasikan dalam situs Science ini menunjukkan bahwa manusia modern telah bermigrasi dari Afrika, setidaknya 50.000 tahun lebih awal dari yang diperkirakan sebelumnya.

Temuan baru ini juga menunjukkan bahwa manusia modern mungkin memiliki lebih banyak waktu untuk berinteraksi, bertukar budaya dan saling kawin silang dengan keturunan manusia purba di luar Afrika daripada yang diperkirakan sebelumnya.

Penemuan ini juga menyoroti rute yang mungkin diambil manusia modern saat menyebar dari Afrika dan membantu para ilmuwan untuk lebih memahami evolusi manusia.

Seperti yang dikatakan oleh Profesor Israel Hershkovitz, seorang antropolog di Tel Aviv University yang memimpin penelitian ini kepada Independent, "Penemuan ini akan mengubah keseluruhan konsep evolusi manusia modern."

Hershkovitz juga menyatakan bahwa catatan kini mengindikasikan bahwa manusia modern purba mungkin bertualang ke luar Benua Afrika secara bertahap, saat cuaca mendukung mereka untuk itu. Bukan dalam sebuah eksodus besar-besaran.

"Saya pikir sepanjang ratusan ribu tahun (manusia) masuk dan keluat Afrika setiap saat," ujarnya, dikutip The Guardian.

Rekonstruksi sejarah iklim purba berdasarkan inti laut dalam menunjukkan bahwa kawasan Timur Tengah beberapa kali berubah dari daerah yang lembab menjadi amat kering. Kawasan tersebut juga kemungkinan dalam keadaan subur selama beberapa periode yang sama dengan usia fosil Misliya tersebut.

Sementara Profesor Gerhard Weber dari departemen antropologi dan salah seorang penulis penelitian ini mengatakan bahwa Misliya-1 benar-benar telah mengubah persepsi tentang evolusi manusia modern. Evolusi ini tidak sesederhana seperti yang diketahui sebelumnya.

"Misliya-1 sangat modern, sebenarnya tidak mengherankan jika berusia 10 ribu sampai 40 ribu tahun," katanya. "Tetapi dia berusia sekitar 177 ribu sampai 194 ribu tahun."

Semoga artikel ini memuaskan dahagamu akan kisah misteri ya

SUMBER: LOKADATA

Baca Juga : 

BINATANG MISTERIUS PENGHUNI GUNUNG LAWU

Untuk Informasi Lebih Lanjut Hubungi:
TELEGRAM : +855 858 498 13
WHATSAPPS : +855 858 498 13


Komentar

Postingan populer dari blog ini

INIHANTU - MISTERI MAKAM KEMANGI DESA JUNGSEMI KENDAL

INIHANTU - MISTERI LUMPUR LAPINDO DENGAN KUTUKAN MARSINAH

INIHANTU - KISAH MISTERI LELE ALBINO YANG DIANGGAP MISTIS MASYARAKAT INDONESIA