INIHANTU - SEJARAH CIPANGERAN CIMAHI
INIHANTU | SEJARAH CIPANGERAN CIMAHI | Komunitas sejarah Tjimahi Heritage (TH) melakukan penelusuran sejarah Cipageran lewat "Jelajah Tjipageran", Minggu 1 Juli 2018. Hal itu dilakukan untuk menguak sejarah keberadaan Cipageran dan kehidupan pada masa lampau.
Cipageran menjadi salah satu daerah tua di Kota Cimahi karena namanya kerap muncul pada peta-peta tua disamping Jambudipa seperti peta Batulayang, bahkan lebih sering ditemukan dibanding nama Ciemahie atau Cimahi yang sering muncul karena keberadaan Sungai Cimahi. Cipageran disebutkan berarti pagar, entah merujuk pada daerah sebagai pagar atau benteng perbatasan, atau bisa juga pagar dalam bentuk mitologi.
Berupa daerah tua, Cipageran bisa jadi sebagai awal mula kemunculan Cimahi sebagai bagian dari distrik Cikolotot. "Bisa jadi cikal bakal Cimahi berawal dari Cipageran, terbukanya daerah ini mendorong perkembangan peradaban di daerah sekitarnya yang mungkin dilakukan oleh tokoh penggerak masyarakat lain," kata penggiat TH, Machmud Mubarok.
Penelusuran diawali dengan mengunjungi TPU Cipageran, Santiong, hingga Kabuyutan Cipageran yang seluruhnya berada di satu ruas Jalan Kolonel Masturi. Di TPU Cipageran, terdapat makam Mbah Wira Suta dan istrinya Eyang Fatimah Sariwangi yang ditempatkan di bangunan khusus di tengah area pemakaman. "Bagi masyarakat Cipageran, mereka dianggap sebagai leluhur karena membuka wilayah Cipageran menjadi permukiman dan berperan menyebarkan Islam di wilayah ini," ujar Machmud.
Tokoh masa lampau
Pada nisan tidak ada keterangan lahir dan wafat. Terdapat sejumlah tangkai bunga mawar segar yang ditempatkan di makam keduanya, masyarakat sering menjadikannya tempat untuk tirakat dan berziarah. "Kehadiran Mbah Wira Suta di Cipageran diyakini lebih dulu dibanding proyek jalan Anyer – Panarukan yang melintasi Cimahi pada 1811," ungkap Machmud.
Ada juga makam tokoh-tokoh lain dari masa lampau di TPU Cipageran. Ada Mbah Sayid, Mbah Geleng, Ny. Raden Natamirah istri Rd. Hardjawinata Patih Sumedang, keluarga besar Hardjakusumah sebagai leluhur keluarga Bimbo dan lain-lain. "Yang pasti, mereka berjasa dan memberi andil dalam kehidupan di Cimahi," tutur Machmud.
Pada kompleks makam Cina Santiong, dilihat dari penanda nisan ada yang dimakamkan sebelum masa kemerdekaan. "Tapi mulai ramai setelah kemerdekaan karena tahun 1950-an lahannya masih kosong. Memang identik kalau lewat Kolmas ya Santiong," imbuh dia. Mata air di kompleks Kabuyutan Cipageran juga dianggap sakral. "Dipercaya sudah ada dari dulu, mungkin juga suka dipakai oleh Wirasuta dan leluhur lainnya," jelas Machmud.
Kepedulian
Banyak yang bisa digali soal sejarah dari makam tua. Seperti makam Siti Fatimah binti Maimun di desa Leran, kecamatan Manyar, Gresik, Jawa Timur yang dinyatakan sebagai makam tertua di Indonesia dan patokan awal masuknya ajaran Islam ke Nusantara. "Di Cipageran, kita temukan jejak sejarah ada di makam karena sejauh ini tidak ditemukan penanda lain berupa situs atau bangunan heritage. Sehingga kita yakin ada kehidupan sebelum itu," ujar Machmud.
Jika pemerintah punya kepedulian dan konsisten dengan cagar budaya, maka makam tua juga perlu mendapat perhatian. "Makam tua adalah peninggalan bersejarah, bukan hanya bangunan. Pemerintah harus turut andil memelihara untuk menyelamatkan sejarah Kota Cimahi yang masih terserak dan butuh upaya pendalaman," tandas Machmud
Itulah enam tempat paling angker di Cimahi yang menyimpan kisah-kisah mistis. Gimana, kamu tertarik mengunjungi salah satu tempat di atas? Selalu jaga sikap dan etika yang baik ya, supaya tak terjadi hal-hal tak diinginkan.
Semoga artikel ini memuaskan dahagamu akan kisah misteri ya
Sumber : IDN TIMES
Baca Juga :
Komentar
Posting Komentar