INIHANTU - MITOS SANGHYANG SIRAH DAN ULASAN LENGKAPNYA

MITOS SANGHYANG SIRAH DAN ULASAN LENGKAPNYA

INIHANTU | MITOS SANGHYANG SIRAH DAN ULASAN LENGKAPNYA | Keindahan Taman Nasional Ujung Kulon tidak hanya sebatas alamnya saja ternyata bro, dari segi cerita mistisnya juga bisa menjadi bahan perbincangan loh. Pokoknya bakalan seru banget deh kalo lo datang ke tempat ini.

Goa Sanghyang di semenjanjung Ujung Kulon atau Taman Nasional Ujung Kulon (TNUK) termasuk salah satu objek wisata yang menarik. Namun sayangnya karena letak objek wisata ini jauh terpencil dan harus melalui jalan kaki lewat hutan lindung, jarang wisatawan yang berkunjung ke goa misterius tersebut bro.

Namun bagi lo yang mempunyai jiwa petualang, justru letaknya yang sulit dijangkau malah menjadi sebuah tantangan yang semakin seru untuk bisa lo taklukan.

Biasanya berkunjung ke lokasi seperti ini diantar kuncen, atau istilah kerennya pramuwisata. Dan penduduk setempat yang biasa menjadi penunjuk jalan berasal dari Tamanjaya, kawasan pemukiman penduduk yang letaknya di perbatasan TNUK. 

Mereka menyebut goa itu dengan sebutan "Hotel Samudera Beach" yang menjadi tempat bermalam. Menurut kepercayaan penduduk setempat nih bro, di goa tersebut sampai sekarang masih digunakan sebagai tempat bersemedi atau bertapa. Goa yang cukup besar dan terletak di bibir pantai Samudera Hindia, juga dikenal sebagai salah satu penghasil sarang burung walet di daerah tersebut.

Bagi pengunjung yang ingin mendapatkan berkah dari goa misterius itu harus mengikuti tata cara yang diperintah sang kuncen. Misalnya, sebelum masuk ke dalam goa, setiap pengunjung diwajibkan untuk membasuh wajah mereka di sebuah pancuran. 

Sebuah pancuran kecil yang airnya berasal dari mata ait pegunungan berada tak jauh dari mulut goa.Setelah itu pengunjung diajak masuk ke dalam goa, tetapi anehnya tidak boleh melalui pintu goa yang besar. Mereka diajak melalui pintu yang sempit di bagian kiri goa. Karena sempitnya pintu itu, pengunjung harus masuk dengan cara memiringkan anggota badan.

Di dalam goa terdapat telaga yang airnya jernih dan dingin. Menurut kepercayaan penduduk setempat, bagi yang mandi di telaga tersebut bisa mengalami suatu mukjizat. Misalnya, bagi pegawai negeri bisa mengalami mutasi ke tempat yang jauh dan bagi swasta bisa melanglang buana ke luar negeri.

MITOS SANGHYANG SIRAH

Mitos Sanghyang Sirah yang bersumber dari jangka Jaya Baya, telah dipersempit penggambarannya hanya berkisar di "Ujung Kulon" pulau Jawa di ranah Banten. Tetapi kenyataan sebenarnya, setelah ilmu pengetahuan menemukan gambar peta dengan skala yang benar maka, mitos Sanghyang Sirah berada di "Puju Wetan" pulau Jawa. di ranah Blambangan.

Era Jaya Baya di kerajaan Dhaha, ilmu pengetahuan belum mengenal gambar peta. Bagaimana sebenarnya bentuk pulau Jawa ketika itu. tak seorangpun yang mampu membayangkan. tetapi intuisi Jaya Baya sudah mendahului Jamannya dengan peta "Sanghyang Sirah" dalam skala religi yang matematik.

Bahwa gambar pulau Jawa yang diketemukan ilmu pengetahuan, seperti orang yangmelakukan "SESEMBAHAN" dalam posisi berdiri. Jika "Puju Wetan" berada diatas. Ranah Blambangan seperti kepalanya dan otaknya. Probolinggo, Malang, dan Lumajang, berbentuk seperti lehernya. Pulau Madura merupakan dekapan dua tangan yang melakukan sesembahan. Surabaya dan sekitarnya merupakan dadanya. Berjantung ada di Kediri Dhaha.

Jawa Tengah dan Daerah Istimewa Yogyakarta, tergambar seperti perutnya yang langsing. Jawa Barat bagian dari gambar pinggulnya. Karisedenan Banten, gambar betis dan kakinya. Sedang lututnya terletak di Daerah Khusus Ibukota jakarta. Dalam pameo Jawa sering disebutnya "bondo dengkul".

Pulau Bali dan Lombok yang terletak diatas “Sirah Jawa”, merupakan bentuk harapan dan angan-angan, seorang abdi atau para penyembah, untuk memperoleh Nirwana atau Jannatun Na’im. Semenanjung Blambangan bagiab dari Taman Nasional Alas Purwo, merupakan Mahkotanya “Sirah Jawa”. Dijadikan sebagai wilayah mistik, untuk memperoleh intuisi kadar tertinggi guna mendapat kekuatan spiritual. Sejumlah tokoh tokoh nasional pernah kesana. Terutama diera tahun *2014* sekarang ini, mahkota Blambangan sarat dikunjungi tokoh tokoh politik dan caleg.

Pemutar balikan mitos “Sanghyang Sirah” dari Blambangan ke Ujung Kulon Banten, mula pertama dilakukan Kesultanan Mataram, untuk menyudutkan Ranah Blambangan sebagai rival dan memperoleh dukungan Kompeni yang pernah dihancurkan Kerajaan Blambangan dalam perang “Puputan Bayu”. Dan berlanjut oleh Penguasa Hindia Belanda, agar kekuatan Blambangan yang masih dukung-mendukung dengan Kerajaan Bali, bisa terputus oleh mitos itu. Bahwa “Sanghyang Sirah” berada di Ujung Kulon pulau Jawa pada kuasa Kesultanan Banten.

Dikarangnya brbagai macam cerita mitos pada sejumlah batu karang yang mencuat seperti kepala orang disekitar Ujung Kulon. Mitos lain yng dikarangnya adalah pertemuan Sunan Kalijaga dan Nabi Khaidir atau “Batu Qur’an” yang berada di kolam Cibulukan Pandegelang dan mandi bersama dikolamnya. Tetapi mitos alami yang tidak dikarang, jangan dianggap sebagai “Gugon-Tuhan”

Mitos itu asih merupakan bagian dari kepercayaan manusia yang diangkat oleh Tuhan, sebagai Khalifah di muka bumi dengan perintahnya “Bacalah atas nama Tuhanmu yang telah mencipta alam dari sejumlah partikel KUN FAYAKUN” (Hingga Bosson). Partikel Tuhan yang baru diketemukan itu, merupakan pintu gerbang SAINS untuk meneliti keberadaan alam gaib untuk mengurai misteri Kehidupan alam yang sarat dengan mitos dan mistik.

Sejarah perkembangan Jawa, sejak jaman purna sampai jaman modern saat ini, selalu menjadi kejian para pakar dari berbagai bidang. Sebab Jawa tidak pernah terlepas dengan perkembangan agama agama besar di dunia danselalu ditumpang oleh perkembangan budayanya yang bernilai sangat agung dan relig.

Sisa sisa prassejarah dengan diketemukannya tulang belulang Homozon di Sangiran serta perkembangannya lebih lanjut sekian satus ribu tahun kemudian berdiri wangsa Syailendra dan wangsa Sanjaya dengan sejumlah candi yang bernilai sangat tinggi. Borobudur  dan Prambanan, Penataran dan Trowulan, telah meninggalkan suatu jejak religi. Bahwa Jawa, merupakan pusat kebudayaan dunia, sejajar dengan Babilonia dan Mesopotamia.

Sejarahnya bersifa sangat religi, mengikuti “Sunnatullah dan Sunnaturasul” (hukum evolusi dan Hukum Revolusi). Agam Budha yang berpusat di Sriwijaya, pengembangannya ada di Jawa. Berkembangnya agama Hindu di Jawa berjalan sangat indah, menyatu dengan agama Budha menjadi Dhaha. Hindu Budha.

Jejak armada jawa ke Asia Timur dan Asia Barat, di ikuti oleh perkembangan agama islam ke pulau jawa, dari daratan Cina dan dari semenanjung Gujarat. Perkembanganya begitu cepat mengikuti Sunnaturrasul. Hanya dalam waktu yang sangat singkat. Feodalisme Jawa digusur oleh Berjuasi pedagang pedagang muslim yang berdatangan di pesisir Jawa sebelah utara, Pantura.

Oleh para wali perkembangan itu dinilai sebagai suatu “Keharusan Sejarah” dan oleh sebagaian cendikiawan Hindu yang berkonsentrasi di Bali dan Blambangan, dinilai sebagai suatu “Kenyataan Searah”. Keharusan sejarah dan Kenyataan sejarah merupakan kehendak Tuhan dan bukan suatu kebetulan, jika pulau Bali, merupakan kenyataan sejarah sebagai “Atsyarul Qodimah”. Sejarah masa lampau yang masih bisa dilihat dan disrasa oleh mata dan dada, sebagai gambaran Nirwana yang berada diatas “Sirah Jawa”.

Maka benarlah kemudian, jika pulau Bali disebut sebagai pulau Dewata, pulau Seribu Pura dan pulau bersemayamnya Sanghyang Widari sebagai penari. Pulau yang masih “dilestarikan” Tuhan, beragam indu. Maka perkembangan Agama agama yang ada di Nusantara, tidak sempat berbalik menjelajahi Jawa, menisi kenistaan yang terus bergelembung menjadi “Jahiliyah”, tanpa ada “Sanghyang Sirah” yang mau berpikir dan berdzikir tentang semua itu dengan menggunakan cara “Sunnaturasul” yang pernah dilakukan “kemarin” oleh orang tua kita ditahun 1945, revolusi atau menjungkirbalikkan keadaan.

Para agamawan Cuma mampu mendongeng, memperbodoh dan membohongi diri sendiri dan bersikap apologik dengan masa lalu yang telah ditelan oleh sejarah (semoga sejarah Andaluisia, tidak berulang di Indonesia) A’udzu billah min dzalik.

Sebenarnya proses sejarah pulau Jawa, telah terhimpun secara rapi dilaci “JAVANOLOGI”, suatu lembaga yang respentatip mengangkat dan mendalami sejarah dan budaya Jawa yang sebenarnya Jawa, yaitu Sunda, Madura, Bali dan Lombok, termasuk itos mitsnya dan mitos “Sirah Jawa”. Tetapi mata picik dan juling, yang sering mengerling ketidakpengertiannya, telah mengartikan Javanologi itu menjadi Javanisasi dan Java Centris ang menilai jawa itu, Cuma Jawa tengah sekitas Kesultanan. Bukan jawa yang sebenarnya Jawa dalam posisi berdiri, melakukan sesembahan sebagai “Sanghyang Sirah”.

Sebab bentuk sebua benua atau pulau, bukan Cuma karena proses alam, ketika terjadinya ledakan raksasa yang menimbulkan limpahan air samudra Nabi Nuh, sehingga Pangea berserakan menjadi lima benua atau aketika benua atlantik tenggelam diantara dua smadura dan mensisakan sejumlah kepulauan yang kemudian disebut Nusantara dan oleh Jepang disebut Asia Timur Raya (Negara jepang sendiri, tergambar seperti buaya).

Sesungguhnya proses itu, bukan terjadi dengan sendirinya, tetapi atas kehendak Tuhan dengan segala kasih sayangnya (Arrahman dan Arrahim), sehingga membuat pulau Jawa menjadi pusat kebudayaan dengan segala mitos mitosnya yang masih disisakan antara lain berupa mitos “Nyai Loro Kidul” yang berada di Samudra yang penuh dengan misteri dan mitos “Sanghyang Sirah” yang meliputi arti Nusantara dimasa yang akan datang.

AKSES MENUJU SANGHYANG SIRAH

Aksesnya pun hanya bisa ditempuh dengan jalan kaki selama tiga hari dari Pos Cegog Taman Nasional Ujung Kulon. Bagi pengunjung yang berkantong tebal, bisa ditempuh menggunakan perahu wisata dari Sumur menuju ke Bagadur.

Lalu mereka harus melanjutkan berjalan kaki lagi sekitar 1 km dari Bagadur menuju Sangiang Sirah, melewati jalan setapak. Satu kali perjalanan pulang pergi, pada tahun 2010 memakan biaya mencapai Rp 2,5 juta untuk perahunya. Lumayan menguras kantong, entah berapa biayanya sekarang.

Setelah itu lo harus melanjutkan berjalan kaki sekita 1 kilometer dari Bagadur menuju Sangiang Sirah, melewati jalan setapak. 


Selain dari misteri-misteri yang terus diungkap bro, ternyata di lokasi tidak hanya menyimpan hal mistis loh. Lo juga bisa menikmati suasana alamnya yang sangat indah dan menarik.

Mulai dari airnya yang jernih, tak ada kotoran sedikit pun, pasir yang bersih serta kondisi lingkungannya juga yang bersih menambah daya tarik para wisatawan untuk datang ke tempat ini bro.

Dan sepanjang mata memandang, lo juga bakalan bisa melihat hamparan karang sebesar gedung yang menjulan tinggi bro. Bayangkan saja, sudah dengan kondisi pantai yang bersih dan lautnya yang jernih di tambah pula deng tebing yang tinggi.


Sungguh penampilan alam yang akan membuat lo tidak akan menyesal untuk datang ke sini lagi bro


Menurut juru kunci, Abah Syargani, ujung kulon berarti ujungnya kula atau Ujung Aku dan Sirah berarti Kepala atau Pusatnya ilmu, pengetahuan dan tempat berkumpulnya para karuhun Sunda, Wali Sanga, Ibu Ratu Kidul, dan lain-lain. 


Di Sanghyang Sirah terdapat 7 sumur yang dikeramatkan, salah satunya adalah di dalam gua Sanghyang Sirah terdapat 4 sumur yang menggenangi Batu Qur'an dan ada mata air yaman yang suci.Di dalam gua tersebut juga terdapat tempat petilasan Prabu Siliwangi.

Di luar gua dekat pintu masuk terdapat mata air saman yang dikeramatkan dan sering dipakai untuk air minum dan mandi dengan tujuan terbukalah pikiran/­wawasan berpikir yang ada di dalam otak tentang jati diri dan mengerti tentang asal usul kita sebagai manusia ciptaan Allah SWT. Menurut kepercayaan penduduk setempat di goa tersebut sampai sekarang ini masih digunakan sebagai tempat bersemedi atau bertapa.

Goa yang cukup besar dan terletak di bibir pantai Samudera Hindia, juga dikenal sebagai salah satu penghasil sarang burung walet di daerah tersebut. Bagi yang ingin datang ke goa tersebut harus mengikuti tata cara yang diperintah sang kuncen. Misalnya, sebelum masuk ke dalam goa, setiap pengunjung diwajibkan mengambil wudhu terlebih dahulu di sebuah pancuran. 

Sebuah pancuran kecil yang airnya berasal dari mata air pegunungan berada tak jauh dari mulut goa. Setelah itu pengunjung diajak masuk ke dalam goa, tetapi anehnya tidak boleh melalui pintu goa yang besar. Mereka diajak melalui pintu yang sempit di bagian kiri goa. Karena sempitnya pintu itu, pengunjung harus masuk dengan cara memiringkan anggota badan.

Tapi dibalik misteri yang bermunculan seputar gua itu, petualangan ke Gua Sanghyang Sirah juga jadi seru kala lo liat betapa cantiknya pantai Sanghyang Sirah itu.

Ada tebing yang menjulang tinggi, lautan biru dan karang. Tebing tinggi itu berbatasan langsung ama laut, dan pastinya cukup berisiko buat dilewati.

Wah ternyata Ujung Kulon nggak cuma terkenal sebagai habitat fauna yang langka, yakni Badak bercula satu, tapi juga cerita mistisnya yaa bro.

Dan juga dengan kondisi alamnya yang msaih asri. Sungguh cukup lengkap juga yaa jika lo mau datang ke tempat yang sedikit menakutkan cuman tambah dengan suasana alam yang menarik.

Tapi selebihnya sih, pemandangan sunset di lokasi ini begitu eksotis. Namun lo harus menunggu atau tinggal di tempat lebih lama untuk mendapatkan sunset yang eksotis itu bro.

Gimana, bro?  Kalau dipikir-pikir, di Indonesia ini benar-benar kaya akan apapun yaa. Contohnya di situs ini saja deh bro. Mulai dari alamnya yang indah lalu memiliki cerita mistis yang unik. 

Dimana lagi coba lo bisa mendapat hal ini kecuali di Ujung Kulon bro?  Jadi sudah berminat untuk berpetualang ke sini?

Semoga informasinya bermanfaat yaa…

Semoga artikel ini memuaskan dahagamu akan kisah misteri ya

SUMBER: 

HASNAN SINGODIMAYAN

DETIK

SUPER ADVENTURE

Baca Juga : 


Untuk Informasi Lebih Lanjut Hubungi:
TELEGRAM : +855 858 498 13
WHATSAPPS : +855 858 498 13


Komentar

Postingan populer dari blog ini

INIHANTU - KISAH MISTERI DAN LEGENDA SRIGATI NGAWI

INIHANTU - KISAH HOROR LEGENDARIS SMA TUGU MALANG

INIHANTU - MITOS DAN MISTERI KUDA KEPANG