INIHANTU - MISTERI GUNUNG KELUD KEDIRI

MISTERI GUNUNG KELUD KEDIRI

INIHANTU | MISTERI GUNUNG KELUD KEDIRI | Gunung Kelud merupakan wisata yang sangat terkenal di Kabupaten Kediri. Wisata ini mempunyai pemandangan yang sangat indah dan menawan, sehingga tak sedikit wisatawan yang berkunjung dan betah berlama-lama untuk menikmati suguhan pemandangannya yang luar biasa lengkap dengan udaranya yang sangat sejuk.

Gunung Kelud yang dikenal masuk wilayah administratif Kabupaten Kediri sejatinya masuk ke dalam wilayah tiga kabupaten, yakni Kediri, Blitar, dan Malang. Sempat terjadi sengketa kepemilikan antara Kabupaten Blitar dan Kediri soal kepemilikan gunung ini, namun Kediri lah yang menang.

Terlepas dari masalah tersebut, Gunung Kelud mempunyai beragam mitos yang hingga saat ini masih diyakini kebenarannya oleh masyarakat Kediri dan Blitar. Berikut merupakan beberapa mitos mengenai gunung yang bertipe stratovulkano tersebut.

Kelud merupakan salah satu gunung paling aktif di Indonesia selain Gunung Merapi. Gunung yang berketinggian 1.731 mdpl ini telah meletus sebanyak 30 kali sejak 1000 tahun terakhir. Pada tahun 2014, gunung memiliki letusan yang sangat dahsyat. Bahkan abu vulkaniknya sampai Provinsi Jawa Barat loh Teman Traveler.

Fase erupsi terjadi 9-25 tahun sekali, ledakan paling besar yang pernah terjadi hingga berkekuatan 5 VEI (Volcanic Explosivity Index) yang telah merenggut ribuan korban jiwa. Kabupaten Kediri, Kabupaten Blitar, dan Kabupaten Malang sering terkena imbasnya. Banyak orang mengkeramatkan gunung ini karena kekuatannya yang dapat menghancurkan wilayah sekitarnya.

Ada banyak teori mengenai asal-usul nama Gunung Kelud. Diperkirakan penamaan tersebut berasal dari bahasa Belanda, yaitu Klut, Cloot, Kloet atau Kloete. Namun sering disalah artikan orang Jawa sebagai Kelut yang dalam bahasa Jawa berarti Sapu. Mungkin karena letusan Gunung Kelud sebelumnya bisa menyapu bersih daerah sekitarnya.

Sedangkan menurut teori lain, nama Kelud berasal dari kata Jarwodhosok, “Kebak” berarti penuh dan “Ludra” berarti darah yang dihubungkan dengan letusan gunung kelud yang bisa merenggut banyak korban ketika meletus atau sesuai rupa letusannya yang menyemburkan lahar menyerupai darah.

KUTUKAN LEMBU SURO

Mitos kutukan ini konon berasal dari legenda putri dai Jenggolo Manik bernama Dewi Kilisuci. Paras cantik Dewi Kilisuci membuat 2 raja yaitu Lembu Suro dan Mahesa Suro memperebutkannya. Namun, saat itu Dewi Kilisuci tidak menyukai keduanya karena keduanya merupakan makhluk aneh.

Lembu Suro berupa manusia berkepala lembu, sedangkan Mahesa Suro berkepala kerbau. Sang Dewi pun akhirnya membuat sayembara bagi keduanya untuk membuatkan 2 sumur yang berbau wangi dan amis dipuncak Gunung Kelud. Dikarenakan kedua raja itu sakti, maka sumur itu langsung jadi dalam semalam.

Sang Dewi pun semakin gelisah, akhirnya membuat permintaan terakhir supaya mereka masuk ke dalam sumur itu untuk membuktikan bau dalam sumur. Saat mereka berada di dasar sumur, Dewi Kilisuci memerintahkan kepada prajuritnya untuk segera menimbun sumur tersebut supaya kedua raja itu mati.

Sebelum mati, Lembu Suro menyuarakan kutukan yang berbunyi “Baiklah, besok orang-orang Kediri akan dapat balasan yang setimpal dari saya, Kediri akan menjadi sungai, Tulungagung akan menjadi danau, dan Blitar akan menjadi daratan”. Hingga sekarang kutukan ini masih ditakuti masyarakat sekitar Gunung Kelud sehingga mereka rutin melakukan ritual tolak bala pada tanggal 23 bulan Suro.

MITOS TEMPAT PEMBUANGAN ROH JAHAT

Kisah mistis kembali menyeruak di balik letusan Gunung Kelud. Kali ini dikatakan gunung yang kini dalam status siaga itu dihuni oleh roh-roh jahat, setan dan siluman. Hal ini terungkap melalui buku yang diterbitkan G. Kolff dan Co Soerabaia tahun 1941.

"Di Kelud itu ada kerajaan yang dihuni orang-orang jahat. Itu sebagai bentuk hukuman yang berat dan mengerikan. Hukuman itu disesuaikan dengan dosa-dosa ketika hidup di dunia," demikian tulis buku Goenoeng Keloet karangan Raden Kartawibawa seperti dikutip merdeka.com, Jumat (21/2/2014).

Raden Kartawibawa lebih dikenal lewat karya sastranya. Dia mengarang sejumlah buku termasuk Gagasan Prakara Tindaking Ngauerip (Gagasan Soal Berkelakuan Hidup) yang banyak dijadikan rujukan untuk menerjemahkan filsafat hidup dan moral masyarakat Jawa. R. Kartawibawa lebih dikenal di kalangan kolonial.

Diceritakannya dalam buku Gunung Kelud itu, disebut-sebut Gunung setinggi 1.731 sebagai tempat “pembuangan” orang-orang yang tenggelam dalam nafsu dunia. Yang termasuk dalam daftar ini adalah orang-orang jahil, orang yang gemar melakukan perbuatan jahat, orang beribadah tapi munafik, orang yang hanya menjadikan agama sebagai topeng, mereka justru menipu dan menyebarkan kedengkian.

Bagi orang-orang semacam ini, akan dikenakan hukuman seperti dijadikan tiang lampu, dijadikan kaki tangga, dijadikan penjepit, dijadikan pengerek ember di sumur, dijadikan jembatan di kali.

Menurut buku itu, informasi ini didapat dari orang-orang yang telah mati suri. Mereka mampu masuk dalam alam lain dan memperoleh informasi lain. Hanya saja yang sulit dipercaya saat mati suri roh mereka akan ada di sebuah pertemuan.

“Ruh orang yang mati suri itu tadi sedang dipinjam. Dia disuruh bekerja membantu di acara hajatan pernikahan atau persamuan pejabat tadi. Bila pekerjaannya jelek, dia bakal ditendang, didorong-dorong, sampai akhirnya gelagapan hidup lagi.”

Kisah negeri siluman di gunung kelud juga diceritakan dalam buku itu. Bahkan masyarakat masih mengaitkan ledakan kelud dengan kemarahan tokoh mitologis bernama Mahesasura, si manusia dengan kepala kerbau.

Dikatakan secara kasat mata Gunung Kelud tampak seperti gunung aktif biasa yang diliputi hutan-hutan. Tapi secara tak kasat mata, di Kelud itu nampak sebuah kerajaan manusia yang tenteram atau kerajaan siluman. Masyarakat sekitar gunung pada masa itu dikatakan dapat berkomunikasi dengan alam ghaib. Mereka terbiasa hidup dengan alam lain di sana.

"Orang yang hidup di Kelud, itu sebenarnya pernah hidup, hanya saja mereka bisa bergaul dengan setan, misalnya begadang bareng. Di satu waktu setan itu bisa membuat tubuh manusia hilang dari pandangan mata, tapi di lain waktu bisa memunculkan kembali,” tulisnya.

Seperti dalam sebuah penuturan yang dikutip R. Kartawibawa; "Kae mbah Tjalaka Doeka (Itu mbah Tjalaka sedih). Dene wong kang podo mati djare dialad Tjalana (Sementara orang-orang yang meninggal katanya akibat kutukannya). Artinya, (orang mati itu) dibawa setan.”

KERIS MPU GANDRING

Banyak yang percaya bahwa keris Mpu Gandring dikuburkan di kawah Gunung Kelud. Keris sakti yang berasal dari Kerajaan Singasari tersebut dikuburkan karena dianggap memiliki aura yang jahat dan menimbulkan perang saudara. Oleh sebab itu, Prabu Hayam Wuruk yang berasal dari Majapahit memutuskan menguburkan keris Mpu Gandring guna memutus kutukan jahat tersebut.

SIKLUS 20 TAHUN

Masyarakat memiliki keyakinan bahwa Gunung Kelud memiliki kebiasaan meletus 20 tahun sekali. Dari beberapa catatan dapat diketahui bahwa Gunung Kelud memiliki periode letusan yang bisa dihitung. Jarak antara satu letusan dengan letusan selanjutnya berkisar antara 15 sampai 25 tahun, kecuali yang terjadi pada tahun 2007.

WAGE KERAMAT

Wage merupakan salah satu pasaran di hari Jawa. Bagi masyarakat yang tinggal tidak jauh dari Gunung Kelud, Wage dianggap keramat karena berkenaan dengan meletusnya Gunung Kelud...

Semoga informasinya bermanfaat yaa…

Semoga artikel ini memuaskan dahagamu akan kisah misteri ya

SUMBER: MOJOK.CO

Baca Juga : 


Untuk Informasi Lebih Lanjut Hubungi:
TELEGRAM : +855 858 498 13
WHATSAPPS : +855 858 498 13


Komentar

Postingan populer dari blog ini

INIHANTU - MISTERI MAKAM KEMANGI DESA JUNGSEMI KENDAL

INIHANTU - MISTERI LUMPUR LAPINDO DENGAN KUTUKAN MARSINAH

INIHANTU - KISAH MISTERI LELE ALBINO YANG DIANGGAP MISTIS MASYARAKAT INDONESIA