INIHANTU | MISTERI CANDI GEDONG SONGO | Candi yang berada di ketinggian sekitar 1.200 hingga 1.300 meter di atas permukaan laut ini terletak di desa Candi, Kecamatan Ambarawa, Kabupaten Semarang. Letaknya yang tersebar dengan jarak 500 meter antara yang satu dengan lainnya, apalagi letaknya di ketinggian, membuat siapa pun yang datang akan langsung merasa dekat dengan Sang Pencipta. Bahkan ada yang berpendapat, melihat keadaannya, maka hanya orang-orang yang terpilih atau yang kuat tekadnya saja yang dapat mencapainya.Candi Gedong Songo adalah sebuah kompleks bangunan candi peninggalan Wangsa Syailendra abad ke-9 (tahun 927 masehi) di Desa Candi, Kecamatan Bandungan, Kabupaten Semarang, Jawa Tengah. Sesuai namanya di kompleks candi ini konon terdapat sembilan buah candi, namun kini candi yang ada hanya lima saja sedangkan empatnya hanya berupa puing atau pondasi saja yang tersebar sampai ke Puncak Gunung Ungaran. Banyak cerita dan misteri mengenai keberadaan candi di kompleks tersebut.
Candi yang berada di Kompleks Gedongsongo ini diperkirakan untuk pemakaman. Karena pada saat ditemukan di sekitar candi banyak terdapat abu. Sangat mungkin abu ini merupakan bekas pembakaran orang yang meninggal. Sesuai ajaran Hindu orang yang meninggal biasanya dibakar.
Karena pada waktu ditemukan oleh Raffles hanya berjumlah tujuh buah, awalnya komplek tersebut terkenal dengan sebutan Candi Gedong Pitu. Kemudian, karena ditemukan lagi dua bangunan candi, akhirnya candi-candi yang letaknya tersusun dari satu hingga sembilan itu lebih dikenal dengan sebutan Candi Gedong Songo. Jika ditinjau dari bentuk bangunan ataupun relief yang ada, candi-candi ini dibangun pada masa kebesaran agama hindu.
Bukti lain adalah, disini kita akan mendapatkan relief atau arca seperti Civa Mahadewa, Civa Mahaguru, Geneca, Durga Mahesasuramardini, Nandikala, dan Mahakala. Bahkan Yoni, yang terdapat pada bilik candi. Di samping itu, keistimewaan Candi Gedong Songo adalah terdapatnya arca gajah dalam posisi duduk di kaki candi Gedong Tiga, serta Yoni dalam bentuk persegi panjang pada candi Gedong Satu.
Banyak yang memperkirakan, candi-candi ini hampir seumur dengan candi yang terdapat di daerah pegunungan Dieng yang diperkirakan dibangun sekitar abad VII hingga abad IX masehi. Dengan kata lain, merupakan bangunan candi tertua yang ada di Jawa Tengah. Dan pada waktu ditemukan bangunan bersejarah ini banyak yang hancur, akibatnya sebagian besar bangunannya sudah mengalami perbaikan.
Bagi penghayat spiritual, kelompok bangunan candi yang berjumlah sembilan buah ini memiliki tingkat kekeramatan yang berbeda antara satu dengan lainnya. Hal ini akan tampak dengan jelas, dari banyaknya peziarah yang menempatkan bebungaan sebagai tanda penghormatan dan sekaligus memohon keberkahan. Menurut keyakinan mereka, yang paling keramat adalah Candi Gedong Songo yang terletak di puncak yang tertinggi.
Sebagaimana biasa, telebih dahulu INIHANTU pun memberikan uluk salam kepada penguasa gaib Gedong Songo dan sekaligus mencari juru kuncinya. Kebetulan, pak Siswoyo juru kunci candi Gedong Songo sedang berada di rumah. Dengan penuh semangat, bapak setengah baya ini mengantarkan INIHANTU untuk menelusuri lorong-lorong candi yang di balut dengan kekentalan mistik. Dan sebelum memasuki candi Gedong Satu, pak Siswoyo juru kunci candi tersebut mulai memperkenalkan dan sekaligus memberitahukan niat INIHANTU kepada mbah Murdo, penguasa gaib candi Gedong Songo.
Didalam kompleks candi tersebut juga terdapat patung Hanoman. Menurut cerita warga setempat Gunung Ungaran tempat Candi Gedong Songo ini berdiri dahulu kala digunakan oleh Hanoman untuk menimbun Dasamuka dalam perang besar memperebutkan Dewi Sinta. Seperti diketahui dalam cerita pewayangan Ramayana yang tersohor itu Dasamuka telah menculik Dewi Sinta dari sisi Rama, suaminya.
Untuk merebut Sinta kembali pecahlah perang besar antara Dasamuka dengan bala tentara raksasanya melawan Rama yang dibantu pasukan kera pimpinan Hanoman. Syahdan dalam perang tersebut Dasamuka yang sakti tak bisa mati kendati dirajam berbagai senjata oleh Rama. Melihat itu Hanoman kemudian mengangkat sebuah gunung untuk menimbun tubuh Dasamuka. Jadilah Dasamuka tertimbun hidup-hidup oleh gunung yang kemudian hari disebut sebagai Gunung Ungaran.
Selain itu diyakini, jika Candi Gedong Songo dibangun oleh Ratu Sima. Konon, tiap kali menghadapi masalah yang pelik Ratu Sima bersemedi di candi ini agar mendapatkan jalan keluar yang terbaik dari sang pencipta.
Di kawasan cagar budaya Candi Gedong Songo ini juga terdapat mata air dengan kepulan asap yang berbau menyengat. Konon, air ini bisa menyembuhkan penyakit kulit yang diderita seseorang. Mata air keramat itu dulunya digunakan Nyai Gayatri, perempuan asal Pulau Dewata. Berdasarkan cerita semasa hidupnya Nyai Gayatri adalah dayang Ratu Sima. Dia pun ditugasi oleh Ratu Sima untuk menjaga mata air yang mengandung belerang itu.
Di candi Gedong Songo juga terdapat berbagai arca seperti Syiwa Mahaguru, Syiwa Mahadewa, Syiwa Mahakala, Durgamahesasuramardhani dan Ganesya. Arca-arca tersebut digunakan tempat pemujaan umat Hindu. Juga ditemukan Lingga dan Yoni yang merupakan ciri khas Candi Hindu di Indonesia.
Candi yang berada di Kompleks Gedongsongo ini diperkirakan untuk pemakaman. Karena pada saat ditemukan di sekitar candi banyak terdapat abu. Sangat mungkin abu ini merupakan bekas pembakaran orang yang meninggal. Sesuai ajaran Hindu orang yang meninggal biasanya dibakar.
Manakala salam perkenalan berlangsung, walau terjadi pada siang hari, tetapi INIHANTU dapat merasakan perubahan suasana yang demikian mendadak. Bahkan, bulu kuduk pun langsung meremang. Dari ekor mata sebelah kiri, INIHANTU jelas-jelas melihat adanya sekelebat bayangan. Itulah sosok Mbah Murdo, sang penguasa gaib candi Gedong Songo.
Manakala INIHANTU menanyakan siapa mula pertama yang membangun candi ini, dengan singkat pak Siswoyo pun menjawab, "Sampai sekarang masih terjadi pro dan kontra."
"Tetapi menurut cerita eyang buyut, candi Gedong Songo dibangun oleh Ratu Sima. Raja jawa yang pertama. Karena memeluk agama hindu dan sebagai persembahan kepada Dewa, maka beliau pun membangun candi-candi ini," imbuhnya.
Ternyata buka hanya itu, menurut tutur yang disampaikan secara turun-menurun kepada sang juru kunci, candi ini memang sengaja dibangun oleh Ratu Sima sebagai tempat untuk puja semedhi baginya. Dan jika sang Ratu kalah dalam suatu peperangan, biasanya ia akan ber'doa dan sekaligus mencari wisik gaib di tempat ini untuk memukul balik lawan-lawannya. Ternyata, wisik gaib yang diterimanya ditempat ini benar-benar jitu. Buktinya, banyak daerah yang menyatakan takluk, hormat dan bahkan mengakui akan kebesaran Ratu Sima.
Dan karena tempat ini sering dipergunakan oleh seorang ratu gung binathara untuk melakukan puja semedhi, maka tak heran, sampai sekarang aura gaibnya masih melekat demikian kental. Akibatnya, berbagai kejadian aneh yang terjadi seolah tak mengenal waktu. Tak hanya malam, bahkan siang pun bisa saja terjadi. Demikian ungkap ibu Minemyang sudah berbilang tahun berjualan minuman ringan disekitar candi tua ini.
"Misalnya ketika sedang sepi pengunjung, saya seperti melihat ada sepasang kekasih yang sedang asyik berpacaran. Tetapi ketika saya perhatikan, tiba-tiba mereka hilang entah kemana," sambungnya dengan logat jawa yang medok.
Berbeda dengan pegalaman pak Sobari, lelaki tua yang merawat bangunan bersejarah itu. Ia berkilah," Pada malam selasa atau jum'at kliwon, saya sering mendengar seperti banyak prajurit yang sedang berjalan ke arah candi."
"Tetapi ketika saya perhatikan, ternyata tak ada apa-apa. Akhirnya saya pun menjadi terbiasa dengan hal-hal yang seperti itu," lanjutnya lagi.
Menurut Siwoyo, karena usia candi-candi itu sudah mencapai ratusan tahun, maka semua kejadian aneh yang dialami oleh keduanya adalah merupakan hal yang biasa. Berbeda dengan pengalaman Kang Parman, yang sehari-harinya giat menjajakan rokok di pintu masuk candi. Suatu malam, dirinya melihat banyak orang yang berpakaian mirip orang Bali berjalan menuju candi. Ia langsung mendekati rombongan itu dengan harapan dagangannya akan laku terjual. Tetapi apa lacur, ketika didekati, rombongan itu hilang entah kemana. Mereka seolah raib ditelan bumi. Karena sudah terlalu sering melihat atau pun mengalami hal-hal yang aneh, akhirnya para pedagang yang ada di sekitar lokasi candi menjadi terbiasa karenanya.
Semoga artikel ini memuaskan dahagamu akan kisah misteri ya
SUMBER: INFO GLOBAL KITA
Baca Juga :
Untuk Informasi Lebih Lanjut Hubungi:
Komentar
Posting Komentar