INIHANTU - KISAH MISTERI JAM GADANG BUKIT TINGGI SUMATERA
KISAH MISTERI JAM GADANG BUKIT TINGGI SUMATERA
INIHANTU | KISAH MISTERI JAM GADANG BUKIT TINGGI SUMATERA | Setiap kota, terutama kota besar, di Indonesia memiliki sebuah landmark yang menjadi ciri khas kota tersebut. Sebut saja Malioboro di Yogyakarta hingga Monas di Jakarta. Nah, salah satu landmark yang menjadi kebanggaan Indonesia juga ada yang berasal dari wilayah Bukittinggi, Sumatera Barat. Landmark tersebut adalah Jam Gadang. Kata “gadang” sendiri berasal dari bahasa Minangkabau yang bermakna “besar”. Oleh karena itu, tidak heran kenapa bentuk dari jam yang satu ini tinggi dan besar.
Jam Gadang memiliki tinggi kurang lebih 26 meter dengan luas 13 meter x 14 meter. Ikon dari Kota Bukittingi ini pertama kali dibangun pada tahun 1926. Saat ini, Jam Gadang turut difungsikan sebagai tempat wisata layaknya Monas yang ada di Jakarta.
Usianya yang cukup tua membuat Jam Gadang memiliki berbagai cerita, terutama misteri yang menyelimutinya. Nah, seperti apa misteri yang ada pada ikon kebanggaan masyarakat Bukittinggi ini? Langsung aja kalau gitu kita Keepo bareng-bareng!
1. Lorong Bawah Tanah tersembunyi
Tidak banyak yang tahu kalau sebenarnya Jam Gadang memiliki lorong bawah tanah. Lorong tersebut dibangun oleh para pekerja paksa alias romusha pada masa pendudukan Jepang sehingga disebut sebagai Lobang Jepang. Jika ditelusuri lebih dalam, lorong bawah tanah ini menuju ke Ngarai Sianok, lho.
Buat yang belum tahu, Ngarai Sianok adalah ngarai yang cukup terkenal dan berada di perbatasan Kota Bukittinggi dan Benteng Fort De Kock. Besar kemungkinan di lorong ini juga memiliki banyak jalur yang dulunya dijadikan sebagai tempat persembunyian.
Hal mengerikan yang akan kamu lalui ketika melewati jalur Lubang Jepang ini adalah banyaknya tengkorak yang berserakan. Tengkorak-tengkorak tersebut diduga merupakan korban dari para pekerja ketika dipaksa untuk membangun menara ini.
2. Pertama kali dibangun dengan hanya menggunakan material kapur, putih telur, dan pasir putih
Misteri selanjutnya tentang Jam Gadang adalah cerita tentang proses pembangunannya. Jam Gadang dibangun pertama kali oleh dua orang arsitek bernama Sutan Gigih Ameh dan Yazin. Jam ini sendiri merupakan hadiah yang diberikan oleh Ratu Belanda kepada sekretaris Kota Bukittinggi yang bernama Rock Maker.
Hal yang mengejutkan adalah material yang digunakan untuk membangun menara ini. Pasalnya, Jam Gadang ini dibangun tanpa penyangga dan semen, melainkan hanya dengan menggunakan putih telur sebagai perekat yang kemudian dicampur dengan kapur dan pasir putih. Barulah setelah mengalami beberapa renovasi, semen digunakan untuk memperkokoh bangunan ini.
3.Misteri angka 4
Kalau kamu perhatikan, maka kamu akan dapat melihat keanehan pada angka-angka yang ada di Jam Gadang. Pasalnya, angka 4 pada jam tersebut tidak ditulis dengan huruf romawi, tidak seperti angka yang lain. Rumor yang beredar mengatakan kalau angka tersebut merupakan simbol dari empat orang yang menjadi tumbal atas pembangunan Jam Gadang.
Namun, berdasarkan pendapat dari seorang pandai besi, angka 4 ditulis dengan “IIII” adalah untuk menghemat bahan bila dibandingkan dengan penulisan angka romawi (IV) pada umumnya. pendapat lain adalah Masyarakat sekitar percaya kalau angka IIII itu dibuat demikian untuk mengenang empat orang pekerja yang meninggal karena kecelakaan kerja.
Selain cerita tersebut, ada juga yang menyatakan bahwa angka IV diartikan sebagai “I Victory” yang artinya aku menang. Untuk menghindari arti “aku menang” karena dikhawatirkan memicu pemberontakan untuk menentang penjajah, penulisan angka 4 ditulis sebagai IIII.
Namun, beberapa ahli menyatakan bahwa angka 4 dalam huruf romawi awalnya memang tertulis IIII. Hal ini terjadi jauh sebelum pemerintahan Louis XIV.
Penulisan angka empat dengan “IV” juga dikatakan sebagai perubahan penulisan angka romawi yang awalnya IIII. Sampai saat ini, pendapat mana yang paling benar masih menjadi teka-teki.
4. Ornamen yang sudah tiga kali berubah
Kamu tahu nggak kalau sebenarnya ornamen yang pertama kali dibangun di Jam Gadang ini adalah ornemen patung ayam jantannya? Nah, ternyata ornamen pada menara ini sudah tiga kali berubah, lho. Setelah bentuk ayam jantan, ornamen kemudian diubah menjadi bentuk pagoda seperti pada masa pendudukan Belanda.
Setelah masa kemerdekaan, ornamen tersebut diubah lagi menjadi bentuk atap khas Minangkabau. Belum tahu juga alasan kenapa ornamen pada Jam Gadang tersebut diubah.
5. Mesin jam yang hanya ada dua di dunia
Terakhir, menara jam yang berumur lebih dari 100 tahun ini kerap disamakan dengan Big Ben yang berada di London. Keduanya disandingkan lantaran sama-sama menjadi landmark dari masing-masing kota.
Apalagi Big Ben dan Jam Gadang semakin disamakan, karena sama-sama menggunakan mesin untuk penggerak yang hanya diproduksi dua buah saja di dunia. Kedua mesin itu tentunya digunakan oleh Big Ben dan Jam Gadang.
Hal itu tidak lain disebabkan oleh mesin dari jam yang memang mirip dan hanya ada dua di dunia, yakni di Indonesia dan Inggris.
Meski memiliki bentuk yang serupa (segiempat), namun menara Big Ben di London dan Jam Gadang jelas berbeda.
Jam Gadang dibuat bergaya modern dengan menara berbentuk rumah adat Minangkabau setinggi 26 meter. Sedangkan Big Ben didesain bergaya Gothik Victoria dengan bagian puncak menara runcing dan tinggi mencapai 96 meter.
Kita sudah seharusnya berbangga nih, soalnya negara lain selain Indonesia dan Inggris nggak ada yang punya jam raksasa seperti ini. Tapi, kenapa Bukittingi di Indonesia yang terpilih ya?
Itu dia beberapa misteri yang menyelubungi Jam Gadang. Semoga dapat menambah wawasan kamu, ya!
Semoga artikel ini memuaskan dahagamu akan kisah misteri ya
ZONA SEGITIGA BERHANTU DI PULAU JAWA
Komentar
Posting Komentar